Selasa, 07 Januari 2014

EXAMPLES NON EXAMPLES

1.      EXAMPLES NON EXAMPLES
Metode Examples non Examples adalah metode pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi, bertujuan untuk mendorong siswa agar belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode yang dapat menarik minat dan motivasi siswa dengan cara menampilkan sebuah gambar. Dengan metode ini siswa mampu lebih krisis dalam menganalisis gambar dan memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengemukakan pendapatnya, namun tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar karena memakan banyak waktu.

Langkah-Langkahnya :
1)    Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2)    Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui Proyektor.
3)    Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan siswa untuk memperhatikan dan menganalisis gambar.
4)    Kegiatan menganalisis dapat di lakukan melalui diskusi 2-3 siswa, hasil diskusi dari menganalisis dicatat pada kertas, kemudian tiap kelompok atau anggota kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusi.
5)    Mulai dari hasil diskusi siswa, guru memulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
6)    Kesimpulan

2.      PICTURE AND PICTURE
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Dengan metode ini guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, melatih berpikir logis dan sistematis namun banyak siswa yang pasif.

Langkah-Langkahnya :
1)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Menyajikan materi sebagai pengantar.
3)   Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4)   Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis.
5)   Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6)   Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7)   Kesimpulan/rangkuman

3.      NUMBERED HEADS TOGETHER
Model pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam me-review bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Dengan metode ini terjadi interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, semua siswa (pandai dan di bawah rata-rata) sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Namun ada kalanya siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah, proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.

Langkah-Langkahnya:
1)   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2)   Guru memberika tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3)   Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4)   Guru memanggil salah Satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama meraka.
5)   Tanggapan dari teman yang lain kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6)   Kesimpulan.

4.      COOPERATIVE SCRIPT
Model pembelajaran ini merupakan salahsatu strategi  dalam menyampaikan materi pelajaran, yang diawali dengan membagi siswa kedalam kelompok secil (berpasangan), kemudian membagi materi ajar kepada siswa untuk dipelajari dan membuat ringkasan materi tersebut. Disini siswa dilatih untuk memberikan masukkan ide-ide atau gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan untuk mengomunikasikannya kepada teman sekelompoknya secara bergantian, siswa akan saling melengkapi satu sama lain. Dalam model pembelajaran ini mengikutsertakan semua siswa, sehingga semua siswa akan ikut berperan aktif dalam pembelajaran, dan diharapkan bisa membuat siswa bersemangat dalam belajar sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan lebih mudah. Model ini mengandung  unsur kerjasama dalam kelompok yang membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran, bukan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan dan motivator bagi siswa.


Langkah-Langkanya :
1)   Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2)    Guru membagiakan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3)   Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4)   Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar :
5)   Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap.
6)   Membantu mengingat/menghafal ide/ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
7)   Bertukar peran, semula berperan sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut kembali.
8)   Merumuskan kesimpulan bersama-sama siswa dan guru.




5.      KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
Model pembelajaran ini adalah suatu metode belajar dimana siswa dikelompokkan dengan diberi nomor. Setiap nomor mendapat tugas berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerjasama. Model kepala bernomor struktur adalah Modifikasi dari Number Heads.
Dengan model ini setiap siswa menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, da dapat bertukar pikiran dengan siswa yang lain. Namun sisi negative dari metode ini adalah guru tidak dapat mengetahui kemampuan masing-masing siswa karena sifatnya kelompok.
Langkah-Langkahnya :
1)   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa mendapat nomor.
2)   Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3)    Guru juga bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
4)   Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5)   Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.

6.      STUDENT TEAM-ACHIEVEMENT DIVISIONS
Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Langkah-Langkahnya :
1)   Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2)   Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan.
3)   Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
4)   Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing. Anggota kelompok yang sudah mengerti dengan soal yang diberikan guru dapat menjelaskan pada anggota lainnya dalam satu kelompok sehingga semua anggota dalam kelompok mengerti semua.
5)   Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa namun saat menjawab anggota kelompok tidak boleh saling membantu.
6)   Memberi evaluasi dan kesimpulan.

7.      JIGSAW
Dalam model ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya. Dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.


Langkah-Langkahnya :
1)   Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 6 orang siswa.
2)   Tiap anggota dalam kelompok diberi bagian materi berbeda.
3)   Tiap anggota dalam kelompok diberi bagian materi yang ditugaskan.
4)   Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5)   Setelah selesai diskusi sebagai team ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6)   Tiap team ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7)   Guru memberi kesimpulan.

8.      PROBLEM BASED INTRODUCTION
Model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dengan kata lain model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif. Dengan model ini mampu melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi, menjadikan siswa lebih mandiri, menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, dan dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat.

Langkah-Langkahnya :
1)   Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
2)   Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih.
3)   Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
4)   Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah.
5)   Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
6)   Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
7)   Kesimpulan/Penutup.

9.      ARTIKULASI
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan’. Dengan model ini siswa menjadi lebih mandiri, siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar. terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok kecil, dan tiap siswa mempunyai kesempatan berbicara atau tampil dimuka kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka

Langkah-Langkahnya :
1)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Membentuk kelompok berpasangan
3)   Menugaskan siswa (anggota) dari salah satu kelompok untuk menceritakan materi yang baru diterima dari guru kemudian pasangannya mendengarkan sambil membuat catatan. Dan bergantian peran.
4)   Menyampaikan hasil wawancara dengan pasangannya dalam kelompok secara acak.
5)   Guru menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami.
6)   Kesimpulan.

10.  MIND MAPPING
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Metode ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Metode ini  merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak

Langkah-Langkahnya :
1)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Guru mengkondisikan siswa kedalam kelompok berpasangan dua orang.
3)   Guru menyajikan atau mengingatkan kembali materi yang akan dipelajari, misal materi “Kesebangunan”. Guru memberitahukan tujuan dan manfaat dari materi yang akan dipelajari karena akan membantu siswa untuk mengingatnya.
4)   Selanjutnya guru menbagikan potongan-potongan kartu yang telah bertuliskan konsep utama kepada siswa.
5)   Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
6)   Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
7)   Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
8)   Kesimpulan/penutup.

11.  MAKE-A MATCH
Yang artinya model pembelajaran mencari pasangan. Kelebihan dari model ini adalah siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu, meningkatkan kreativitas belajar siswa, menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti  kegiatan belajar mengajar, pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru. Namun sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi palajaran, sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran, siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja dan sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.

Langkah-Langkanya :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 mendapat kartu soal dan kelompok 2 mendapat kartu jawaban sedangkan kelompok 3 berfungsi sebagai penilai.
3) Tiap peserta didik mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban.
4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang cocok dengan kartunya (Pasangan pertanyaan-jawaban)
5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin oleh penilai.
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7) Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya kemudian siswa yang berperan sebagai penilai berganti peran menjadi pemegang kartu pertanyaan dan sebagian memegang kartu jawaban. Sedangkan siswa pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya berganti peran sebagai penilai.
8) Kemudian lakukan kegiatan seperti langkah pada nomor 4 dan 5.
9) Kesimpulan dan penutup


12.  THINK PAIR AND SHARE
Merupakan teknik sederhana yang dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan daya pikir (thinking) terlebih dahulu.
Langkah-Langkahnya :
1)   Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Siswa diminta untuk berpikir tentang materi yang disampaikan.
3)   Guru memimpin jalannya diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusi.
4)   Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
5)   Guru memberi kesimpulan.

13.  DEBATE
Merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Di katakana Pro dan Kontra karena begini ilustrasi pembelajarannya, siswa dibagi ke dalam dua kelompok yang duduknya berhadapan, satu kelompok  mengambil posisi pro dan satu kelompok  lainnya dalam posisi kontra. Selanjutnya antara kelompok pro dan kontra saling melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan / diberikan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diutarakan sesuai pendapat masing-masing kelompok dengan dibimbing oleh guru yang akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan. Kemudian guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Langkah-langkahnya :
1)   Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontradengan duduk berhadapan antar kelompok.
2)   Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok diatas.
3)   Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4)   Inti/ide-ide dari setiap pendapat atau pembicaraan di tulis di papan pendapat sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5)   Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
6)   Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

14.  ROLE PLAYING
Model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru. Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Langkah-langkahnya :
1)   Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
2)   Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
3)   Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
4)   Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5)   Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6)   Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7)   Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
8)   Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9)   Guru memberikan kesimpulan secara umum.
10)    Evaluasi.

15.  GROUB INVESTIGATION
Dalam model ini, murid dalam kelompoknya harus mempunyai  anggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan, setiap murid memiliki tanggung jawab terhadap murid lainnya dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, murid haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

Langkah-Langkahnya:
1)   Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok secara heterogen.
2)   Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
3)   Guru memanggil ketua kelompok, setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda.
4)   Masing – masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang sifatnya penemuan.
5)   Setelah selesai berdiskusi dalam membahas materi juru bicara tiap kelompok menyampaikan hasil diskusi.
6)   Guru memberi penjelasan singkat dan memberi kesimpulan.
7)   Evaluasi.

16.  TALKING STICK
Model ini menguji kesiapan siswa, melatih membaca dan memahami dengan cepat, dan agar lebih giat dalam belajar. Namun dengan model talking stick ini membuat siswa takut (senam jantung) karena siap tidak siap dia harus menjawab pertanyaan yang di lontarkan guru.
Langkah-Langkahnya:
1)   Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2)   Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.
3)   Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajarinya kemudia siswa menutup buku.
4)   Guru mengambil tongkat kemudian diberikan tongkat tersebut kepada siswa, bagi siswa yang memegang tongkat diberi pertanyaan dan harus menjawab. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian.

17.  BERTUKAR PASANGAN
Suatu metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan membagi siswa menjadi berpasangan untuk mengerjakan suatu tugas dari guru kemudian salah satu pasangan dari kelompok tersebut bergabung dengan pasangan lain untuk saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban masing-masing. Dengan model ini siswa dilatih untuk dapat bekerjasama mempertahankan pendapat, tidak ada siswa yang tidak terlibat, dan dapat melatih siswa untuk lebih teliti, cermat, cepat dan tepat. Namun proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, bagi guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa masing-masing, dan siswa kurang konsentrasi.

Langkah-Langkahnya :
1)   Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa yang memilih sendiri pasangannya).
2)   Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas tersebut dengan pasangannya.
3)   Setelah selesai setiap siswa yang berpasangan bergabung dengan satu pasangan lain.
4)   Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
5)   Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

18.  SNOWBALL THROWING
Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Dengan model ini suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain, membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih efektif,dan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. Namun model ini sangat  bergantung  pada kemampuan siswa  dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan, murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar, dan kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

Langkah-Langkahnya:
1)   Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2)   Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi ke anggota kelompok.
3)   Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompokny, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.     
4)   Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5)   Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit.
6)   Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7)   Evaluasi.

19.  STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Dengan model ini mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal, melatih siswa aktif, kreatif, dan menghadapi setiap permasalahan, melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara objektif, rasional, guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama anggota kelompok, mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka, melatih kepemimpinan siswa, dan memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman mereka. Namun apabila terjadi persaingan yang tidak sehat, maka pekerjaan akan memburuk dan peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaan pada teman yang pintar.


Langkah-Langkahnya:
1)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Guru menyajikan garis besar materi pembelajaran.
3)   Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan / peta konsep maupun yang lainnya. Hal ini dilakukan secara bergiliran.
4)   Guru menyimpulkan pendapat dari siswa.
5)   Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6)   Evaluasi.

20.  COURSE REVIEW HORAY
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai. Dengan model ini pembelajaran jadi tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan, siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan, dan mampu melatih kerjasama. Namun bagi siswa aktif dan pasif nilainya disamakan dan adanya peluang untuk curang.

Langkah-Langkahnya:
1)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab
3)   Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
4)   Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5)   Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6)   Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7)   Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak horay atau menyanyikan yel-yelnya.
8)   Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .
9)   Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh horay.
10)    Penutup

21.  DEMONSTRATION
Model mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Dengan model ini perhatian siswa dapat lebih difokuskan, proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, dan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Namun anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, dan sukar dimengerti apabila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.


Langkah-Langkahnya:
1)   Guru menyampaikan KD yang ingin dicapai.
2)   Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
3)   Menyiapkan bahan/alat yang diperlukan.
4)   Menunjuk siswa untuk menjelaskan/mendemonstrasikan materi yang telah disampaikan sesuai scenario yang telah disiapkan.
5)   Siswa yang lain memperhatikan dan menganalisis.
6)   Tiap siswa mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa yang didemonstrasikan.
7)   Kesimpulan.

22.  EXPLICIT INTRUCTION
Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran secara langsung agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Dengan model ini siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya dan semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran. Namun memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama dan  hanya untuk mata pelajaran tertentu.

Langkah-Langkahnya:
1)   Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2)   Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3)   Membimbing pelatihan.
4)   Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5)   Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

23.  COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION
Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis (CIRAC)  merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping. Dikategorikan sebagai pembelajaran terpadu karena Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
a.    Model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai)
b.    Model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu)
c.    Model dalam lintas siswa.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
Namun model ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
Langkah-Langkahnya:
1)   Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2)   Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3)   Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4)   Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5)   Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6)   Penutup.

24.  INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE
Dalam model pembelajaran inside outside circle siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”. Dengan model ini tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran, kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa, mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan. Namun membutuhkan ruang kelas yang besar, terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, dan rumit untuk dilakukan.

Langkah-Langkahnya:
1)   Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar lingkaran.
2)   Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam lingkaran.
3)   Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4)   Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5)   Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.

25.  TEBAK KATA
Model penyampaian materi ajar dengan menggunakan kata-kata singkat dalam bentuk kartu permainan sehingga anak dapat menerima pesan pembelajaran melalui kartu itu. Dengan demikian menebak kata merupakan aktivitas pembelajaran yang pertama dan utama dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar. Melalui tebak kata, siswa diarahkan untuk memahami dan mengetahui  pesan-pesan yang terkandung dalam materi. Dengan model ini dapat meningkatkan daya berpikir siswa, karena siswa dituntut untuk menjawab suatu kata yang membutuhkan pikiran kritis peserta didik, pembelajaran akan lebih berkesan, dan melatih siswa untuk menemukan jawaban dengan menggunakan berbagai alternatif jawaban. Namun tidak mudah bagi guru untuk membuat kartu-kartu yang menarik untuk diamati oleh siswa dan untuk menyusun rangkaian kata perkata di dalam kartu sehingga membutuhkan satu kartu sebagai jawaban hasil tebakan siswa, sering kali siswa beranggapan bahwa model ini bukan untuk belajar, tetapi hanya sebagai permainan sehingga anak didik merasa ini hanya permainan belaka.



Langkah-Langkahnya:
1)   Guru mempersiapkan kartu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
2)   Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi pelajaran selama + 45 menit.
3)   Guru menyusun peserta didik berdiri berpasangan didepan kelas.
4)   Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nantinya dibacakan kepada pasanganya. Seorang peserta didik lainnya diberikan kartu dengan ukuran 5x2cm yang isinya tidak boleh dibaca (kertasnya dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga (dengan syarat siswa yang memegang kartu yang berukuran 10x10 cm bisa melihat apa jawabannya).
5)   Peserta didik yang memegang kartu 10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasanganya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. Jawaban tepat apabila sesuai isi kartu yang berukuran 5x2 cm tersebut.
6)   Apabila jawabanya tepat (sesuai yang tertulis dikartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada  waktu yang ditetapkan, peserta didik boleh mengarahkan dengan kata-kata lain, dengan syarat tidak langsung memberikan jawabannya.
7)   Pengambilan kesimpulan.
8)   Penutup. 

26.  WORD SQUARE
Model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi  teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh.
Dengan model ini dapat melatih sikap teliti dan kritis, merangsang siswa untuk berpikir efektif, model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan, melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja, dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat. Namun siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.

Langkah-langkahnya:
1)   Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3)   Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
4)   Berikan poin setiap jawaban dalam kotak

27.  SCRAMBLE
Metode pembelajaran yang menggunakan kartu jawaban dan kartu soal dalam penerapannya. Siswa diberikan kartu soal dan kartu jawaban disaat yang bersamaan. Pada kartu jawaban jawaban telah disediakan dengan mengacak huruf-hurufnya. Siswa diminta mencari jawaban yang sesuai dengan soal yang diberikan. Dengan model ini memudahkan siswa mencari jawaban, memancing kreativitas siswa dalam membolak-balik huruf menjadi kata yang tepat, dan kegiatan tes dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Namun adakalanya siswa kurang berfikir kritis, siswa tinggal menerima bahan mentah, mematikan kreatifitas siswa, dan siswa bisa saja mencontek jawaban teman lain.

Langkah-Langkahnya:
1)   Guru menyajikan materi sesuai KD yang ingin dicapai, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang “Kecerdasan”
2)   Setelah selesai menjelaskan tentang Kecerdasan, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
Media yang digunakan dalam model ini adalah pertanyaan yang sesuai dengan KD yang ingin dicapai dan buat jawaban yang diacak hurufnya.

28.  TAKE AND GIVE
Rangkaian penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada siswa yang didalam kartu itu sendiri ada catatan yang harus dikuasai atau dihafal oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan masing-masing untuk bertukar pengetahuan yang ada padanya sesuai dengan yang didapatnya dikartu, lalu kegiatan pembelajaran diakhiri dengan mengevaluasi siswa dengan menanyakan pengetahuan yang ada padanya dan yang dia terima dari pasangannya. Dengan model ini melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain, melatih siswa untuk beriteraksi secara baik dengan teman sekelasnya, dan akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui kartu yang dibagikan kepadanya sebab mau tidak mau harus menghafal dan paling tidak membaca materi yang diberikan kepadanya. Namun pada saat mencari pasangan akan terjadi ketidakteraturan karena ada siswa yang lari sana dan lari sini dan adanya siswa yang bertemu dengan pasanganya, bukanya membahas  materi pelajaran tetapi bercerita tentang masalah lain.

Langkah-Langkahnya:
1)   Guru mempersiapkan kartu yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar
2)   Siapkan kelas sebagaimana mestinya
3)   Jelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
4)   Untuk memantapkan penguasaan siswa, tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari atau dihafal.
5)   Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling member informasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasanganya pada kartu yang dipegangnya.
6)   Demikian seterusnya  sampai tiap siswa dapat saling member dan menerima materi masing-masing (take and give).
7)   Untuk mengevaluasi keberhasilan siswa berikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu siswa yang lain).
8)   Model ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan.
9)   Kesimpulan

29.  CONSEPT SENTENCE
Pembelajaran yang lebih mengarah pada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Model ini merupakan bagian dari kelompok model pengajaran sosial. Kelompok model pembelajaran sosial, sebagaimana dengan namanya, menitikberatkan pada karakter sosial, bagaimana setiap individu mempelajari tingkah laku sosial, dan bagaimana interaksi sosial tersebut dapat mempertinggi hasil pencapaian pembelajaran akademik. Dengan model ini siswa lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran dan siswa yang lebih pandai dapat mengajari siswa kurang pandai. Namun model ini hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja dan bagi siswa yang pasif dapat mengambil jawaban dari temannya.

Langkah-Langkahnya:
1)   Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.
2)   Guru menyajikan materi secukupnya.
3)   Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 siswa secara heterogen.
4)   Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
5)   Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
6)   Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.
7)   Kesimpulan.

30.  TIME TOKEN AREANS 1998
Model pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain. Model ini memiliki struktur pengajaran yang sangat cocok digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Dengan model ini semua siswa aktif dalam mengeluarkan pendapatnya dan berpartisipasi dalam diskusi, dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat bagi siswa yang pemalu dan sukar berbicara, dan semua siswa mendapatkan waktu bicara yang sama sehingga tidak akan terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi. Namun siswa yang memiliki banyak pendapat akan sulit mengutarakan pendapatnya karena waktu yang diberikan terbatas.

Langkah-Langkahnya:
1)   Kondisikan kelas untuk melakukan diskusi.
2)   Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ±30 detik.
3)   Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4)   Bila telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan.
5)   Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi dan yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis. Dst…

31.  PAIR CHECK SPENCER KAGEN 1993
Model pasangan mengecek adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan dan untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama serta kemampuan memberi penilaian. Dengan model ini menciptakan saling kerjasama di antara siswa, melatih berkomunikasi, dan meningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses. Namun memerlukan banyak waktu dan memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.



Langkah-Langkahnya:
1)   Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2)   Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3)   Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4)   Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5)   Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.

32.  KELILING KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Dengan model ini diharapkan agar masing-masing anggota kelompok dapat kesempatan untuk memberikan pendapat mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain, adanya tanggung jawab setiap kelompok, adanya pemberian sumbangan ide/pendapat pada kelompoknya, lebih dari sekedar belajar kelompok, bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil pemikiran. Namun banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok dan membuat suasana kelas menjadi rebut.

Langkah-Langkahnya:
1)   Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2)   Guru membagi siswa menjadi kelompok.
3)   Guru memberikan tugas atau lembar kerja.
4)   Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
5)   Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
6)   Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau dari kiri ke kanan

33.  TALI BAMBU
Model pembelajaran ini baik digunakan untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta didik. Dengan model ini siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses pembelajaran, meningkatkan kerjasama diantara siswa, dan meningkatkan toleransi antara sesame siswa. Namun sebagian siswa saja yang aktif karena kelompoknya terlalu gemuk (banyak) dan interaksi pembelajaran tidak terjadi secara baik.





Langkah-Langkahnya:
1)   Penulisan topik di papan tulis atau mengadakan tanya jawab dengan siswa.
2)   Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
3)   Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
4)   Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
5)   Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.

34.  DUA TINGGAL DUA TAMU ( TWO STAY TWO STRAY)- SPENCER KAGAN 1992
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dengan model ini kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa, memampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, dan membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar. Namun membutuhkan waktu yang lama, siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga), dan guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Langkah-Langkahnya:
1)   Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2)   Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
3)   Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4)   Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5)   Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.