1.
EXAMPLES NON
EXAMPLES
Metode Examples non Examples adalah
metode pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi,
bertujuan untuk mendorong siswa agar belajar berfikir kritis dengan jalan
memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar
yang disajikan. Metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode yang dapat
menarik minat dan motivasi siswa dengan cara menampilkan sebuah gambar. Dengan
metode ini siswa mampu lebih krisis dalam menganalisis gambar dan memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengemukakan pendapatnya, namun tidak semua
materi dapat disajikan dalam bentuk gambar karena memakan banyak waktu.
Langkah-Langkahnya :
1)
Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2)
Guru
menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui Proyektor.
3)
Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan siswa untuk memperhatikan dan
menganalisis gambar.
4)
Kegiatan
menganalisis dapat di lakukan melalui diskusi 2-3 siswa, hasil diskusi dari
menganalisis dicatat pada kertas, kemudian tiap kelompok atau anggota kelompok
diberi kesempatan membacakan hasil diskusi.
5)
Mulai
dari hasil diskusi siswa, guru memulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai.
6)
Kesimpulan
2.
PICTURE AND
PICTURE
Model pembelajaran Picture and
Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran
ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Gambar-gambar ini
menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Dengan metode ini guru lebih
mengetahui kemampuan masing-masing siswa, melatih berpikir logis dan sistematis
namun banyak siswa yang pasif.
Langkah-Langkahnya :
1)
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2)
Menyajikan materi sebagai pengantar.
3)
Guru menunjukkan/memperlihatkan
gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4)
Guru menunjuk siswa secara
bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis.
5)
Guru menanyakan alasan/dasar
pemikiran urutan gambar tersebut.
6)
Dari alasan/urutan gambar tersebut
guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
7)
Kesimpulan/rangkuman
3.
NUMBERED HEADS
TOGETHER
Model pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam
me-review bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka
mengenai isi pelajaran tersebut. Dengan metode ini terjadi interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, semua siswa (pandai dan di bawah
rata-rata) sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi,
dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Namun ada kalanya siswa yang pandai
cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari
siswa yang lemah, proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang
sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang
memadai.
Langkah-Langkahnya:
1)
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2)
Guru memberika tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya.
3)
Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4)
Guru memanggil salah Satu nomor
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama meraka.
5)
Tanggapan dari teman yang lain
kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6)
Kesimpulan.
4.
COOPERATIVE
SCRIPT
Model pembelajaran ini merupakan
salahsatu strategi dalam menyampaikan
materi pelajaran, yang diawali dengan membagi siswa kedalam kelompok secil
(berpasangan), kemudian membagi materi ajar kepada siswa untuk dipelajari dan
membuat ringkasan materi tersebut. Disini siswa dilatih untuk memberikan
masukkan ide-ide atau gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan untuk
mengomunikasikannya kepada teman sekelompoknya secara bergantian, siswa akan
saling melengkapi satu sama lain. Dalam model pembelajaran ini mengikutsertakan
semua siswa, sehingga semua siswa akan ikut berperan aktif dalam pembelajaran,
dan diharapkan bisa membuat siswa bersemangat dalam belajar sehingga siswa dapat
memahami pelajaran dengan lebih mudah. Model ini mengandung unsur kerjasama dalam kelompok yang membuat
siswa berperan aktif dalam pembelajaran, bukan guru. Guru bertindak sebagai
fasilitator untuk mengarahkan dan motivator bagi siswa.
Langkah-Langkanya :
1)
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2)
Guru membagiakan wacana/materi tiap siswa untuk
dibaca dan membuat ringkasan.
3)
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4)
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin
dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar :
5)
Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang
lengkap.
6)
Membantu mengingat/menghafal ide/ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
7)
Bertukar peran, semula berperan sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut
kembali.
8)
Merumuskan kesimpulan bersama-sama siswa dan guru.
5.
KEPALA BERNOMOR
STRUKTUR
Model pembelajaran ini adalah suatu
metode belajar dimana siswa dikelompokkan
dengan diberi nomor. Setiap nomor mendapat tugas berbeda dan nantinya dapat
bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerjasama. Model kepala bernomor struktur adalah
Modifikasi dari Number Heads.
Dengan
model ini setiap siswa menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh, da dapat bertukar pikiran dengan siswa yang lain. Namun sisi
negative dari metode ini adalah guru tidak dapat mengetahui kemampuan
masing-masing siswa karena sifatnya kelompok.
Langkah-Langkahnya
:
1)
Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa mendapat nomor.
2)
Penugasan
diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang
berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan
seterusnya.
3)
Guru
juga bisa menyuruh kerja sama antar kelompok.
Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa
bernomor sama dari kelompok lain.
4)
Laporkan
hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5)
Guru
bersama siswa menyimpulkan pelajaran.
6.
STUDENT
TEAM-ACHIEVEMENT DIVISIONS
Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil
siswa yang bekerja sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah,
menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya.
Langkah-Langkahnya
:
1)
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2)
Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan
diberikan.
3)
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4-5 siswa.
4)
Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan dengan berdiskusi dalam
kelompok masing-masing. Anggota kelompok yang sudah
mengerti dengan soal yang diberikan guru dapat menjelaskan pada anggota lainnya
dalam satu kelompok sehingga semua anggota dalam kelompok mengerti semua.
5)
Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa namun saat menjawab anggota
kelompok tidak boleh saling membantu.
6)
Memberi evaluasi dan kesimpulan.
7.
JIGSAW
Dalam model ini
siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah
imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota
kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian
materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya. Dengan cara siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan
siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara
mandiri.
Langkah-Langkahnya :
1)
Siswa
dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 6 orang siswa.
2)
Tiap
anggota dalam kelompok diberi bagian materi berbeda.
3)
Tiap
anggota dalam kelompok diberi bagian materi yang ditugaskan.
4)
Anggota
dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab
mereka.
5)
Setelah
selesai diskusi sebagai team ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok
asli dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang sub bab
yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6)
Tiap
team ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7)
Guru
memberi kesimpulan.
8.
PROBLEM BASED
INTRODUCTION
Model pembelajaran yang
berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam
belajar dan pemecahan masalah otentik. Dengan kata lain model pembelajaran ini
mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan
menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut
secara adil dan obyektif. Dengan model ini mampu melibatkan siswa secara aktif
dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih
tinggi, menjadikan siswa lebih mandiri, menanamkan
sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, dan dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih
mengemukakan pendapat.
Langkah-Langkahnya :
1) Guru
menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan.
2) Guru
memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah
dipilih.
3) Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
4) Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan
pemecahan masalah.
5) Guru
membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
6) Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
7) Kesimpulan/Penutup.
9.
ARTIKULASI
Model pembelajaran Artikulasi
merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah
diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima
pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan’. Dengan model ini siswa menjadi lebih mandiri, siswa bekerja dalam kelompok
untuk menuntaskan materi belajar. terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok
kecil, dan tiap siswa mempunyai kesempatan berbicara atau tampil dimuka kelas
untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka
Langkah-Langkahnya :
1)
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)
Membentuk
kelompok berpasangan
3)
Menugaskan
siswa (anggota) dari salah satu kelompok untuk menceritakan materi yang baru
diterima dari guru kemudian pasangannya mendengarkan sambil membuat catatan. Dan
bergantian peran.
4)
Menyampaikan
hasil wawancara dengan pasangannya dalam kelompok secara acak.
5)
Guru
menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami.
6)
Kesimpulan.
10. MIND MAPPING
Mind
mapping merupakan
tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak
agar optimum. Metode ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk
kembali mengambil informasi dari dalam otak. Metode ini merupakan teknik yang paling baik dalam
membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis
yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan
kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak
Langkah-Langkahnya :
1)
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2)
Guru mengkondisikan siswa kedalam
kelompok berpasangan dua orang.
3)
Guru menyajikan atau mengingatkan
kembali materi yang akan dipelajari, misal materi “Kesebangunan”. Guru
memberitahukan tujuan dan manfaat dari materi yang akan dipelajari karena akan
membantu siswa untuk mengingatnya.
4)
Selanjutnya guru menbagikan
potongan-potongan kartu yang telah bertuliskan konsep utama kepada siswa.
5)
Menugaskan salah satu siswa dari
pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya
mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu
juga kelompok lainnya.
6)
Menugaskan siswa secara
bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya.
Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
7)
Guru mengulangi/menjelaskan kembali
materi yang kiranya belum dipahami siswa.
8)
Kesimpulan/penutup.
11. MAKE-A MATCH
Yang artinya model
pembelajaran mencari pasangan. Kelebihan
dari model ini adalah siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang
disampaikan kepadanya melalui kartu, meningkatkan kreativitas belajar siswa,
menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,
pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang
dibuat oleh guru. Namun sulit bagi guru mempersiapkan
kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi palajaran, sulit mengatur
ritme atau jalannya proses pembelajaran, siswa kurang menyerapi makna
pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain
saja dan sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.
Langkah-Langkanya :
1)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk review, satu bagian kartu
soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2)
Siswa dibagi menjadi 3 kelompok,
kelompok 1 mendapat kartu soal dan kelompok 2 mendapat kartu jawaban sedangkan
kelompok 3 berfungsi sebagai penilai.
3)
Tiap peserta didik mendapatkan satu
kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban.
4)
Setiap peserta didik mencari
pasangan yang cocok dengan kartunya (Pasangan pertanyaan-jawaban)
5)
Setiap peserta didik yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin oleh penilai.
6)
Setelah satu babak kartu dikocok
lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7)
Setelah semua siswa mendapatkan
pasangannya kemudian siswa yang berperan sebagai penilai berganti peran menjadi
pemegang kartu pertanyaan dan sebagian memegang kartu jawaban. Sedangkan siswa
pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya berganti peran sebagai penilai.
8)
Kemudian lakukan kegiatan seperti
langkah pada nomor 4 dan 5.
9)
Kesimpulan dan penutup
12. THINK PAIR AND SHARE
Merupakan teknik
sederhana yang dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam mengeluarkan
pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan daya pikir (thinking) terlebih dahulu.
Langkah-Langkahnya
:
1)
Guru menyampaikan
inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2)
Siswa diminta untuk
berpikir tentang materi yang disampaikan.
3)
Guru memimpin
jalannya diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusi.
4)
Guru mengarahkan
pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan
para siswa
5)
Guru
memberi kesimpulan.
13.
DEBATE
Merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat
penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan
disusun menjadi paket pro dan kontra. Di katakana Pro dan Kontra karena begini
ilustrasi pembelajarannya, siswa dibagi ke dalam dua kelompok yang duduknya
berhadapan, satu kelompok mengambil posisi pro dan satu kelompok
lainnya dalam posisi kontra. Selanjutnya antara kelompok pro dan kontra saling
melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan / diberikan. Laporan
masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diutarakan
sesuai pendapat masing-masing kelompok dengan dibimbing oleh guru yang akhirnya
dapat ditarik suatu kesimpulan. Kemudian guru dapat mengevaluasi setiap siswa
tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi
seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Langkah-langkahnya :
1)
Guru membagi siswa menjadi 2
kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontradengan duduk
berhadapan antar kelompok.
2)
Guru memberikan tugas untuk membaca
materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok diatas.
3)
Setelah selesai membaca materi, Guru
menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian
setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4)
Inti/ide-ide dari
setiap pendapat atau pembicaraan di tulis di papan
pendapat sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5)
Guru menambahkan konsep/ide yang
belum terungkapkan.
6)
Dari data-data yang diungkapkan
tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada
topik yang ingin dicapai.
14. ROLE PLAYING
Model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian
kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan
scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun
masih dalam batas-batas scenario dari guru. Metode Role Playing adalah suatu
cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan.
Langkah-langkahnya
:
1)
Guru menyusun/menyiapkan skenario
yang akan ditampilkan.
2)
Menunjuk beberapa siswa untuk
mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan
Belajar Mengajar.
3)
Guru membentuk kelompok siswa yang
anggotanya 5 orang.
4)
Memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang ingin dicapai.
5)
Memanggil para siswa yang sudah
ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6)
Masing-masing siswa berada di
kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7)
Setelah selesai ditampilkan,
masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian
atas penampilan masing-masing kelompok.
8)
Masing-masing kelompok menyampaikan
hasil kesimpulannya.
9)
Guru memberikan kesimpulan secara
umum.
10)
Evaluasi.
15. GROUB INVESTIGATION
Dalam
model ini, murid dalam kelompoknya harus mempunyai anggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan, setiap murid memiliki tanggung jawab
terhadap murid lainnya dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap
diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, murid haruslah
berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang
sama.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok secara heterogen.
2)
Guru
menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
3)
Guru
memanggil ketua kelompok, setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda.
4)
Masing
– masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang
sifatnya penemuan.
5)
Setelah
selesai berdiskusi dalam membahas materi juru bicara tiap kelompok menyampaikan
hasil diskusi.
6)
Guru
memberi penjelasan singkat dan memberi kesimpulan.
7)
Evaluasi.
16. TALKING STICK
Model ini menguji
kesiapan siswa, melatih membaca dan memahami dengan cepat, dan agar lebih giat
dalam belajar. Namun dengan model talking stick ini membuat siswa takut (senam
jantung) karena siap tidak siap dia harus menjawab pertanyaan yang di lontarkan
guru.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru
menyiapkan sebuah tongkat.
2)
Guru
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.
3)
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajarinya kemudia
siswa menutup buku.
4)
Guru
mengambil tongkat kemudian diberikan tongkat tersebut kepada siswa, bagi siswa
yang memegang tongkat diberi pertanyaan dan harus menjawab. Demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian.
17. BERTUKAR PASANGAN
Suatu
metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan membagi siswa menjadi berpasangan
untuk mengerjakan suatu tugas dari guru kemudian salah satu pasangan dari
kelompok tersebut bergabung dengan pasangan lain untuk saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban masing-masing. Dengan model ini siswa dilatih untuk dapat
bekerjasama mempertahankan pendapat, tidak ada siswa yang tidak terlibat, dan
dapat melatih siswa untuk lebih teliti, cermat, cepat dan tepat. Namun proses
pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, bagi guru tidak dapat mengetahui
kemampuan siswa masing-masing, dan siswa kurang konsentrasi.
Langkah-Langkahnya :
1)
Setiap siswa mendapat satu pasangan
(guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa yang memilih sendiri pasangannya).
2)
Guru memberikan tugas dan siswa
mengerjakan tugas tersebut dengan pasangannya.
3)
Setelah selesai setiap siswa yang
berpasangan bergabung dengan satu pasangan lain.
4)
Kedua pasangan tersebut bertukar
pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban mereka.
5)
Temuan baru yang didapat dari
pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
18. SNOWBALL THROWING
Metode
pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa
lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Dengan model ini suasana
pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar
bola kertas kepada siswa lain, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan
pada siswa lain, membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa
tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa, siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih efektif,dan aspek kognitif, afektif
dan psikomotor dapat tercapai. Namun model ini sangat bergantung
pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai
siswa hanya sedikit hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya
hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah
diberikan, murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar, dan kelas sering kali
gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru menyampaikan materi yang akan
disajikan dan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2)
Guru membentuk siswa berkelompok,
lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi ke anggota kelompok.
3)
Masing-masing ketua kelompok kembali
ke kelompokny, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4)
Kemudian masing-masing siswa diberikan
satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5)
Kemudian kertas yang berisi
pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama ± 5 menit.
6)
Setelah siswa dapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7)
Evaluasi.
19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Model
pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat
pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih
siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Dengan
model ini mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis siswa
secara optimal, melatih siswa aktif, kreatif, dan menghadapi setiap
permasalahan, melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar
pendapat secara objektif, rasional, guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja
sama anggota kelompok, mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat
siswa secara terbuka, melatih kepemimpinan siswa, dan memperluas wawasan siswa
melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman mereka. Namun
apabila terjadi persaingan yang tidak sehat, maka pekerjaan akan memburuk dan
peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaan pada teman
yang pintar.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2)
Guru menyajikan garis besar materi
pembelajaran.
3)
Memberikan kesempatan siswa untuk
menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan / peta konsep maupun yang
lainnya. Hal ini dilakukan secara bergiliran.
4)
Guru menyimpulkan pendapat dari
siswa.
5)
Guru menerangkan semua materi yang
disajikan saat itu.
6)
Evaluasi.
20. COURSE REVIEW HORAY
Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana
kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab
benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya yang
disukai. Dengan model ini pembelajaran jadi tidak monoton karena diselingi
sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan, siswa lebih semangat
belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan, dan mampu melatih
kerjasama. Namun bagi siswa aktif dan pasif nilainya disamakan dan adanya
peluang untuk curang.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2)
Guru menyajikan atau
mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab
3)
Guru membagi siswa dalam
kelompok-kelompok.
4)
Untuk menguji pemahaman siswa
disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor
yang ditentukan guru.
5)
Guru membaca soal secara acak dan
siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan
guru.
6)
Setelah pembacaan soal dan jawaban
siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal
yang telah diberikan tadi.
7)
Bagi yang benar,siswa memberi tanda
check list ( √ ) dan langsung berteriak horay atau menyanyikan yel-yelnya.
8)
Nilai siswa dihitung dari jawaban
yang benar dan yang banyak berteriak horay .
9)
Guru memberikan rewardv pada yang
memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh horay.
10)
Penutup
21. DEMONSTRATION
Model mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu
kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Dengan model ini perhatian siswa dapat lebih difokuskan, proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, dan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa. Namun anak didik terkadang sukar melihat
dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan,
tidak semua
benda dapat didemonstrasikan, dan sukar
dimengerti apabila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru menyampaikan KD yang ingin
dicapai.
2)
Guru menyajikan gambaran sekilas
materi yang akan disampaikan
3)
Menyiapkan bahan/alat yang
diperlukan.
4)
Menunjuk siswa untuk
menjelaskan/mendemonstrasikan materi yang telah disampaikan sesuai scenario
yang telah disiapkan.
5)
Siswa yang lain memperhatikan dan
menganalisis.
6)
Tiap siswa mengemukakan hasil
analisisnya dan juga pengalaman siswa yang didemonstrasikan.
7)
Kesimpulan.
22. EXPLICIT INTRUCTION
Model
pembelajaran ini adalah model pembelajaran secara langsung agar siswa dapat
memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv
dalam suatu pembelajaran. Suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa
dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Dengan model ini siswa benar-benar dapat
menguasai pengetahuannya dan semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Namun memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama
dan hanya untuk mata pelajaran tertentu.
Langkah-Langkahnya:
1)
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa.
2)
Mendemonstrasikan pengetahuan dan
ketrampilan.
3)
Membimbing pelatihan.
4)
Mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik.
5)
Memberikan kesempatan untuk latihan
lanjutan
23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION
Kooperatif
Terpadu Membaca dan Menulis (CIRAC)
merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia
dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah
wacana/kliping.
Dikategorikan sebagai pembelajaran
terpadu karena Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya,
pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
a.
Model dalam satu disiplin ilmu yang
meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai)
b.
Model antar bidang studi yang
meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed
(jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu)
c.
Model dalam lintas siswa.
Prinsip
belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan
UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar
untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam
kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
Namun
model ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa,
sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika
dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
Langkah-Langkahnya:
1)
Membentuk kelompok yang anggotanya 4
orang siswa secara heterogen.
2)
Guru memberikan wacana/kliping
sesuai dengan topik pembelajaran.
3)
Siswa bekerja sama saling membacakan
dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan
ditulis pada lembar kertas.
4)
Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5)
Guru dan siswa membuat kesimpulan
bersama.
6)
Penutup.
24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE
Dalam model pembelajaran inside outside circle siswa saling membagi
informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat
dan teratur”. Dengan model ini tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan
untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran,
kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa, mendapatkan informasi
yang berbeda pada saat bersamaan. Namun membutuhkan ruang kelas yang besar,
terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, dan
rumit untuk dilakukan.
Langkah-Langkahnya:
1)
Separuh kelas berdiri membentuk
lingkaran kecil dan menghadap keluar lingkaran.
2)
Separuh kelas lainnya membentuk
lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam lingkaran.
3)
Dua siswa yang berpasangan dari
lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa
dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4)
Kemudian siswa berada di lingkaran
kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser
satu atau dua langkah searah jarum jam.
5)
Sekarang giliran siswa berada di
lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
25. TEBAK KATA
Model penyampaian
materi ajar dengan menggunakan kata-kata singkat dalam bentuk kartu permainan
sehingga anak dapat menerima pesan pembelajaran melalui kartu itu. Dengan
demikian menebak kata merupakan aktivitas pembelajaran yang pertama dan utama
dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar. Melalui tebak kata,
siswa diarahkan untuk memahami dan mengetahui pesan-pesan yang
terkandung dalam materi. Dengan model ini dapat meningkatkan daya berpikir
siswa, karena siswa dituntut untuk menjawab suatu kata yang membutuhkan pikiran
kritis peserta didik, pembelajaran akan lebih berkesan, dan melatih siswa untuk
menemukan jawaban dengan menggunakan berbagai alternatif jawaban. Namun tidak
mudah bagi guru untuk membuat kartu-kartu yang menarik untuk diamati oleh siswa
dan untuk menyusun rangkaian kata perkata di dalam kartu sehingga membutuhkan
satu kartu sebagai jawaban hasil tebakan siswa, sering kali siswa beranggapan
bahwa model ini bukan untuk belajar, tetapi hanya sebagai permainan sehingga
anak didik merasa ini hanya permainan belaka.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru mempersiapkan kartu yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
2)
Guru menjelaskan kompetensi yang
ingin dicapai atau materi pelajaran selama + 45 menit.
3)
Guru menyusun peserta didik berdiri
berpasangan didepan kelas.
4)
Seorang peserta didik diberi kartu
yang berukuran 10x10 cm yang nantinya dibacakan kepada pasanganya. Seorang
peserta didik lainnya diberikan kartu dengan ukuran 5x2cm yang isinya tidak
boleh dibaca (kertasnya dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan
ditelinga (dengan syarat siswa yang memegang kartu yang berukuran 10x10 cm bisa
melihat apa jawabannya).
5)
Peserta didik yang memegang kartu
10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasanganya
menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. Jawaban tepat apabila sesuai
isi kartu yang berukuran 5x2 cm tersebut.
6)
Apabila jawabanya tepat (sesuai yang
tertulis dikartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat
pada waktu yang ditetapkan, peserta didik boleh mengarahkan dengan
kata-kata lain, dengan syarat tidak langsung memberikan jawabannya.
7)
Pengambilan kesimpulan.
8)
Penutup.
26. WORD SQUARE
Model
pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi
teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan
dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau
pengecoh.
Dengan
model ini dapat melatih sikap teliti dan kritis, merangsang siswa untuk
berpikir efektif, model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat
siswa terhadap materi yang disampaikan, melatih ketelitian dan ketepatan dalam
menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja, dan tentu saja yang ditekankan
disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat. Namun
siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan lebih banyak
berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru,
dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak
dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word
square ini.
Langkah-langkahnya:
1)
Guru menyampaikan materi sesuai
kompetensi yang ingin dicapai.
2)
Guru membagikan lembaran kegiatan
sesuai contoh.
3)
Siswa menjawab soal kemudian
mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal maupun
diagonal.
4)
Berikan poin setiap jawaban dalam
kotak
27. SCRAMBLE
Metode
pembelajaran yang menggunakan kartu jawaban dan kartu soal dalam
penerapannya. Siswa diberikan kartu soal dan kartu jawaban disaat yang
bersamaan. Pada kartu jawaban jawaban telah disediakan dengan mengacak
huruf-hurufnya. Siswa diminta mencari jawaban yang sesuai dengan soal yang
diberikan. Dengan model ini memudahkan siswa mencari jawaban, memancing
kreativitas siswa dalam membolak-balik huruf menjadi kata yang tepat, dan
kegiatan tes dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Namun adakalanya siswa kurang berfikir kritis, siswa tinggal menerima bahan
mentah, mematikan kreatifitas siswa, dan siswa bisa saja mencontek jawaban
teman lain.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru menyajikan materi sesuai KD yang ingin dicapai, misalnya
guru menyajikan materi pelajaran tentang “Kecerdasan”
2)
Setelah selesai menjelaskan tentang Kecerdasan, guru
membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
Media yang digunakan
dalam model ini adalah pertanyaan yang sesuai dengan KD yang ingin dicapai dan
buat jawaban yang diacak hurufnya.
28. TAKE AND GIVE
Rangkaian
penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada siswa yang didalam
kartu itu sendiri ada catatan yang harus dikuasai atau dihafal oleh
masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan masing-masing untuk
bertukar pengetahuan yang ada padanya sesuai dengan yang didapatnya dikartu,
lalu kegiatan pembelajaran diakhiri dengan mengevaluasi siswa dengan menanyakan
pengetahuan yang ada padanya dan yang dia terima dari pasangannya. Dengan model
ini melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain,
melatih siswa untuk beriteraksi secara baik dengan teman sekelasnya, dan akan
dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui kartu yang
dibagikan kepadanya sebab mau tidak mau harus menghafal dan paling tidak
membaca materi yang diberikan kepadanya. Namun pada saat mencari pasangan akan
terjadi ketidakteraturan karena ada siswa yang lari sana dan lari sini dan
adanya siswa yang bertemu dengan pasanganya, bukanya membahas materi
pelajaran tetapi bercerita tentang masalah lain.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru mempersiapkan kartu yang akan
digunakan dalam proses belajar mengajar
2)
Siapkan kelas sebagaimana mestinya
3)
Jelaskan materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai
4)
Untuk memantapkan penguasaan siswa,
tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari atau dihafal.
5)
Semua siswa disuruh berdiri dan
mencari pasangan untuk saling member informasi. Tiap siswa harus mencatat nama
pasanganya pada kartu yang dipegangnya.
6)
Demikian
seterusnya sampai tiap siswa dapat saling member dan menerima materi
masing-masing (take and give).
7)
Untuk mengevaluasi keberhasilan
siswa berikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu siswa yang
lain).
8)
Model ini dapat dimodifikasi sesuai
dengan keadaan.
9)
Kesimpulan
29. CONSEPT SENTENCE
Pembelajaran
yang lebih mengarah pada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa. Model ini merupakan bagian dari kelompok model pengajaran sosial.
Kelompok model pembelajaran sosial, sebagaimana dengan namanya, menitikberatkan
pada karakter sosial, bagaimana setiap individu mempelajari tingkah laku
sosial, dan bagaimana interaksi sosial tersebut dapat mempertinggi hasil
pencapaian pembelajaran akademik. Dengan model ini siswa lebih memahami kata
kunci dari materi pokok pelajaran dan siswa yang lebih pandai dapat mengajari siswa
kurang pandai. Namun model ini hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran
tertentu saja dan bagi siswa yang pasif dapat mengambil jawaban dari temannya.
Langkah-Langkahnya:
1)
Guru menyampaikan kompentensi yang
ingin dicapai.
2)
Guru menyajikan materi secukupnya.
3)
Guru membentuk kelompok yang
anggotanya ± 4 siswa secara heterogen.
4)
Guru menyajikan beberapa kata kunci
sesuai materi yang disajikan.
5)
Tiap kelompok disuruh membuat
beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
6)
Hasil diskusi kelompok didiskusikan
kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.
7)
Kesimpulan.
30. TIME TOKEN AREANS 1998
Model
pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi
mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan
pandangan serta pemikiran anggota lain. Model ini memiliki struktur pengajaran
yang sangat cocok digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk
menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Dengan
model ini semua siswa aktif dalam mengeluarkan pendapatnya dan berpartisipasi
dalam diskusi, dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat
bagi siswa yang pemalu dan sukar berbicara, dan semua siswa mendapatkan waktu
bicara yang sama sehingga tidak akan terjadi pendominasian pembicaraan dalam
berlangsungnya diskusi. Namun siswa yang memiliki banyak pendapat akan sulit
mengutarakan pendapatnya karena waktu yang diberikan terbatas.
Langkah-Langkahnya:
1)
Kondisikan kelas untuk melakukan
diskusi.
2)
Tiap siswa diberi kupon berbicara
dengan waktu ±30 detik.
3)
Tiap siswa diberi sejumlah nilai
sesuai waktu yang digunakan.
4)
Bila telah selesai bicara, kupon
yang dipegang siswa diserahkan.
5)
Siswa yang telah habis kuponnya
tidak boleh bicara lagi dan yang masih pegang kupon harus bicara sampai
kuponnya habis. Dst…
31. PAIR CHECK SPENCER KAGEN 1993
Model
pasangan mengecek adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang
dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran
berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan yang diberikan dan untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama serta
kemampuan memberi penilaian. Dengan model ini menciptakan saling kerjasama di
antara siswa,
melatih berkomunikasi, dan
meningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses. Namun memerlukan banyak waktu
dan memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.
Langkah-Langkahnya:
1)
Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan
berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua
itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2)
Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi
kupon.
3)
Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan
mengulangi langkah 1 – 3.
4)
Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama
dan membandingkan jawaban.
5)
Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai
konsep.
32. KELILING KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau
Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Dengan model ini diharapkan
agar masing-masing anggota kelompok dapat kesempatan untuk memberikan pendapat
mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain, adanya tanggung
jawab setiap kelompok, adanya pemberian sumbangan ide/pendapat pada
kelompoknya, lebih dari sekedar belajar kelompok, bisa saling mendengarkan dan
mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil pemikiran. Namun banyak waktu yang
terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok dan membuat suasana kelas menjadi
rebut.
Langkah-Langkahnya:
1) Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran.
2)
Guru
membagi siswa menjadi kelompok.
3)
Guru
memberikan tugas atau lembar kerja.
4)
Salah
satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan
pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
5)
Siswa
berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
6)
Demikian
seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau
dari kiri ke kanan
33. TALI BAMBU
Model pembelajaran ini baik digunakan untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta didik.
Dengan model ini siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses
pembelajaran, meningkatkan kerjasama diantara siswa, dan meningkatkan toleransi
antara sesame siswa. Namun sebagian siswa saja yang aktif karena kelompoknya
terlalu gemuk (banyak) dan interaksi pembelajaran tidak terjadi secara baik.
Langkah-Langkahnya:
1) Penulisan topik di papan tulis atau mengadakan
tanya jawab dengan siswa.
2) Separuh kelas atau
seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika ada cukup
ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa
berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan
pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
3) Separuh kelas lainnya
berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
4) Dua siswa yang
berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
5) Kemudian satu atau dua
siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di
jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa
mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus
sesuai dengan kebutuhan.
34. DUA TINGGAL DUA TAMU ( TWO STAY TWO STRAY)- SPENCER
KAGAN 1992
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya
ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk
menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah
tersebut. Dengan model ini kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna,
lebih berorientasi pada keaktifan, menambah kekompakan dan rasa percaya diri
siswa, memampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, dan membantu meningkatkan
minat dan prestasi belajar. Namun membutuhkan waktu yang lama, siswa cenderung
tidak mau belajar dalam kelompok, bagi guru, membutuhkan banyak persiapan
(materi, dana dan tenaga), dan guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan
kelas.
Langkah-Langkahnya:
1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat
seperti biasa.
2) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing
kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok
yang lain.
3) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas
membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka
sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil
kerja mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar