(Kejujuran)
I. PENGERTIAN
KEJUJURAN
Kejujuran adalah suatu sikap yang berpikir
jujur, berkata jujur dan bersikap dengan jujur. Jujur sendiri menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang, tulus dan ikhlas. Sikap jujur merupakan sikap yang dapat dikatakan
langka di Indonesia. Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan
sikap seseorang. Apabila seseorang berhadapan dengan fenomena maka orang itu
akan memperoleh gambaran tentang fenomena tersebut, dan jika orang itu
menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain maka tanpa
ada perubahan kata (sesuai dengan realitasnya) sehingga sikap yang seperti
itulah yang disebut dengan kejujuran. Dengan kata lain, jujur juga berkaitan dengan
janji. Dalam hal ini jujur berarti menyesuaikan perkataan (informasi) yang
disampaikan dengan realitanya (fenomena). Selain itu, Kejujuran juga
berhubungan dengan pengakuan. Jadi, dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa apa yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu
berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara informasi dengan fenomena.
Banyak sekali pandangan mengenai
pengertian kejujuran. Jujur diartikan sebagai ketulusan hati untuk tidak curang
terhadap diri sendiri dan tidak curang terhadap oranglain. Kejujuran merupakan
keselarasan antara kata hati dan kata yang diucapkan, antara kata yang
diucapkan dan sikap serta perbuatan nyata. Kejujuran adalah bagian
dari harga diri manusia yang harus dijaga. Bersikap jujur menjadikan hidup
lebih tentram tanpa ada tekanan dari luar maupun dari batin. Ketika kejujuran
diabaikan, kehidupan tidak akan pernah merasa tenang. Kebohongan pertama pasti ditutup
dengan kebohongan kedua dan seterusnya. Yang pasti kebohongan itu sangat
melelahkan dan membebani hati nurani, hidup tak nyaman dan diselubungi rasa
was-was.
Kejujuran
merupakan pangkal dari kepercayaan, sedangkan kepercayaan adalah imbas positis
dari kejujuran. Karena kepercayaan tidak muncul dari penilaian sesaat. Seseorang
berteman dengan kita digerakan dari rasa kepercayaan, artinya bahwa jika kita
bersikap jujur dalam segala hal imbasnya orang yang kita perlakukan jujur akan
merasa nyaman dan ingin berteman dengan kita. Selama seseorang tidak
berperilaku jujur selama itulah dia kehilangan harga diri didepan masyarakat
maupun Tuhannya. Contohnya Fenomena Korupsi di Indonesia yang akhir-akhir ini
diperbincangkan. Kita memang perlu membiasakan diri untuk bersikap terbuka
untuk menyatakan ketidaksetujuan, protes, atau perbedaan pendapat. Dengan
demikian, kita bisa mengikis sikap defensif dan pembiaran yang bisa membunuh
semangat untuk menegakkan kejujuran. Pembuktian terhadap menangnya kejujuran
adalah penyelesaian masalah yang terbuka sehingga setiap orang mempunyai spirit
dan tetap bisa membuktikan pada dirinya sendiri bahwa sikap jujur lebih baik
daripada tidak.
Kebalikan dari sifat jujur adalah
khianat. Khianat dapat diartikan tidak bisa memegang amanah, khianat merupakan
perbuatan buruk yang bisa menghinakan manusia dan menurunkan derajatnya. Contoh
dari sifat khianat misalnya, ketika ujian sekolah, seorang siswa diberi amanah
untuk mengerjakan soal-soal ujian tersebut dengan benar dan penuh tanggung
jawab, dalam artian tidak boleh mencontek atau mencontoh jawaban siswa lain.
Amanah yang sifatnya sepertinya remeh ini justru disepelekan oleh para siswa
yang tidak memiliki kejujuran. Segala sesuatu yang didasarkan pada kebohongan
tidak akan mencapai keberhasilan. Kalaupun bisa berhasil pasti tidak akan
bertahan lama karena suatu saat jika kebohongan itu terbongkar maka yang ada
adalah kekecewaan. Ada pepatah yang mengatakan: "Sepandai-pandai
orang menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga baunya." Kebohongan
yang tersimpan serapi apapun suatu saat pasti akan terbongkar juga.
II. KEJUJURAN
MENURUT KAJIAN BUDAYA
Koentjaraningrat
memberikan definisi budaya sebagai sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180). Dan, James Spradley nampaknya
hampir sependapat dengan Koentjaraningrat. Ia mengatakan budaya merupakan
sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang kemudian
mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekelilingnya, sekaligus untuk menyusun
strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekitar. Perwujudan sebagai manusia
berbudaya terletak pada perilaku, bahasa, dan materi.
Salah
satu contoh tingkah laku sebagai manusia yang berbudaya adalah kejujuran,
dimana kejujuran itu sendiri merupakan bagian dari sifat positif manusia.
Kejujuran adalah bagian dari harga diri yang harus dijaga. Biasakanlah bersikap
dan berkata jujur dalam segala hal dan tanamkanlah nilai nilai kejujuran dalam
kehidupan kita. Berbahasa sebagai manusia berbudaya adalah berkata jujur di
setiap ucapannya, berbicara sesuai kenyataan tanpa menambah ataupun mengurangi.
Pentingnya
menyadari bahwa betapa pentingnya mengetahui kejujuran bagi genersi muda dan
bangsa serta bagaimana cara meningkatkan sikap jujur dalam kehidupan. Karena
dengan menjunjung tinggi kejujuran, maka kehidupan kita akan berjalan dengan
baik dengan sendirinya.
III.
KEGUNAAN
KEJUJURAN
Kejujuran berguna
atau bermanfaat untuk semua aspek kehidupan baik aspek sosial, ekonomi,budaya,
politik.
a.
Berperilaku
jujur menjadikan individu untuk berlaku disiplin terhadap peraturan.
b.
Bersikap
jujur meningkatkan harga diri seseorang dihadapan Tuhan dan masyarakat
c.
Bersikap
jujur memperbaik nama seseorang di hadapan masyarakat.
d.
Sebagai
siswa berperilaku jujur mampu meningkatkan kepercayaan diri di hadapan teman
dan guru.
IV. IMPLEMENTASI
KEJUJURAN DALAM PELAKSANAAN KONSELING
Sebagai sosok konselor yang profesional
tentunya tidak lepas dari berbagai hal yang mendukung keprofesionalan seorang konselor,
salah satunya yaitu karakteristik seorang konselor. Karakteristik konselor yang
baik sangat penting dalam pemberian layanan kepada konseli, karena dengan
karakteristik yang baik, konselor akan mampu menumbuh kembangkan potensi diri
konseli berdasarkan kemampuannya. Kegiatan konseling yang dilakukan oleh setiap konselor
tentunya tidak akan terlepas dari berbagai aspek penting mengenai komunikasi.
Suatu komunikasi yang baik tidak akan tercapai bila tidak adanya rasa saling
percaya antara kedua belah pihak. Ketercapaian rasa saling percaya ini dapat
tercapai dengan pengetahuan/ keterampilan, dan kepribadian yang dimiliki oleh
konselor.
Dalam rangka mempersiapkan para
calon konselor, pihak lembaga yang bertanggung jawab dalam pendidikan para
calon konselor tersebut dituntut untuk memfasilitasi perkembangan pribadi
mereka yang berkualitas, yang dapat dipertanggung jawabkan secara profesional .
Kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik Cavanagh (1982)
salah satunya : Kejujuran (Honest).
Kejujuran dalam pelaksanaan konseling sangat berpengaruh terhadap kondisi
konseli. Berkaitan dengan komunikasi bahwa, komunikasi antara konselor dan
konseli harus ada keterbukaan, baik dari pihak konseli terhadap konselor maupun
sebaliknya. Keterbukaan mengenai permasalahan, waktu atau durasi konseling.
Missal : konselor berkata jujur saja apabila saat ada siswa yang ingin
melakukan konseling, tiba – tiba ada meeting mendadak dari kepala sekolah.
Karena kegiatan konseling juga merupakan salah satu bagian dari sekolah, sudah
tentu kepala sekolah memaklumi hal tersebut jadi apabila tidak mengikuti
meeting tidak apa – apa. Dan sebaiknya bicara dengan konseli bahwa kegiatan
konseling hari ini tidak begitu lama, agar tidak merasa terbebani dari pihak
konselor sendiri.
Kejujuran berkaitan dengan konseli,
misalkan konselor pernah bilang kepada konseli bahwa permasalahannya tidak ada
guru atau teman konseli yang akan mengetahui, maka sudah sepantasnya tidak ada
yang tahu satu orangpun, berarti ada kaitannya dengan asas kerahasiaan, jadi
apabila permasalahan konseli tersebar ke berbagai pihak maka konseli tersebut
tidak akan lagi percaya dengan konselor itu. Sehingga citra dia sebagai seorang
konselor tercoreng akibat dari terbongkarnya permasalahan konseli ke berbagai
pihak. Padahal itu semua terjadi tanpa sepengetahuan konselor, oleh karena itu
berhati – hati dalam berucap kepada konseli, karena konseli mudah sekali
menerima masukan tanpa penyaringan terlebih dahulu. Hanya karena sikap jujur
atau kejujuran imbasnya kuat sekali.
Sumber :
Yusef Abdul
Aziz, CHt. 2010. (http://yusef77.blogspot.com/2011/02/karakteristik-konselor.html)
diakses 24 okt 2013.
Akhmad
Jayadi. (http://kalimatmotivasiku.blogspot.com/2013/01/pengertian-dan-arti-sebuah-kejujuran.html)
diakses 24 okt 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar