Selasa, 07 Januari 2014

Kejujuran dalam Konseling



Honesty
(Kejujuran)


I.     PENGERTIAN KEJUJURAN
Kejujuran adalah suatu sikap yang berpikir jujur, berkata jujur dan bersikap dengan jujur. Jujur sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas. Sikap jujur merupakan sikap yang dapat dikatakan langka di Indonesia. Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Apabila seseorang berhadapan dengan fenomena maka orang itu akan memperoleh gambaran tentang fenomena tersebut, dan jika orang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain maka tanpa ada perubahan kata (sesuai dengan realitasnya) sehingga sikap yang seperti itulah yang disebut dengan kejujuran. Dengan kata lain, jujur juga berkaitan dengan janji. Dalam hal ini jujur berarti menyesuaikan perkataan (informasi) yang disampaikan dengan realitanya (fenomena). Selain itu, Kejujuran juga berhubungan dengan pengakuan. Jadi, dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa apa yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara informasi dengan fenomena.
Banyak sekali pandangan mengenai pengertian kejujuran. Jujur diartikan sebagai ketulusan hati untuk tidak curang terhadap diri sendiri dan tidak curang terhadap oranglain. Kejujuran merupakan keselarasan antara kata hati dan kata yang diucapkan, antara kata yang diucapkan dan sikap serta perbuatan nyata. Kejujuran adalah bagian dari harga diri manusia yang harus dijaga. Bersikap jujur menjadikan hidup lebih tentram tanpa ada tekanan dari luar maupun dari batin. Ketika kejujuran diabaikan, kehidupan tidak akan pernah merasa tenang. Kebohongan pertama pasti ditutup dengan kebohongan kedua dan seterusnya. Yang pasti kebohongan itu sangat melelahkan dan membebani hati nurani, hidup tak nyaman dan diselubungi rasa was-was.
Kejujuran merupakan pangkal dari kepercayaan, sedangkan kepercayaan adalah imbas positis dari kejujuran. Karena kepercayaan tidak muncul dari penilaian sesaat. Seseorang berteman dengan kita digerakan dari rasa kepercayaan, artinya bahwa jika kita bersikap jujur dalam segala hal imbasnya orang yang kita perlakukan jujur akan merasa nyaman dan ingin berteman dengan kita. Selama seseorang tidak berperilaku jujur selama itulah dia kehilangan harga diri didepan masyarakat maupun Tuhannya. Contohnya Fenomena Korupsi di Indonesia yang akhir-akhir ini diperbincangkan. Kita memang perlu membiasakan diri untuk bersikap terbuka untuk menyatakan ketidaksetujuan, protes, atau perbedaan pendapat. Dengan demikian, kita bisa mengikis sikap defensif dan pembiaran yang bisa membunuh semangat untuk menegakkan kejujuran. Pembuktian terhadap menangnya kejujuran adalah penyelesaian masalah yang terbuka sehingga setiap orang mempunyai spirit dan tetap bisa membuktikan pada dirinya sendiri bahwa sikap jujur lebih baik daripada tidak.
Kebalikan dari sifat jujur adalah khianat. Khianat dapat diartikan tidak bisa memegang amanah, khianat merupakan perbuatan buruk yang bisa menghinakan manusia dan menurunkan derajatnya. Contoh dari sifat khianat misalnya, ketika ujian sekolah, seorang siswa diberi amanah untuk mengerjakan soal-soal ujian tersebut dengan benar dan penuh tanggung jawab, dalam artian tidak boleh mencontek atau mencontoh jawaban siswa lain. Amanah yang sifatnya sepertinya remeh ini justru disepelekan oleh para siswa yang tidak memiliki kejujuran. Segala sesuatu yang didasarkan pada kebohongan tidak akan mencapai keberhasilan. Kalaupun bisa berhasil pasti tidak akan bertahan lama karena suatu saat jika kebohongan itu terbongkar maka yang ada adalah kekecewaan. Ada pepatah yang mengatakan: "Sepandai-pandai orang menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga baunya." Kebohongan yang tersimpan serapi apapun suatu saat pasti akan terbongkar juga.


II.  KEJUJURAN MENURUT KAJIAN BUDAYA
Koentjaraningrat memberikan definisi budaya sebagai sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180). Dan, James Spradley nampaknya hampir sependapat dengan Koentjaraningrat. Ia mengatakan budaya merupakan sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekelilingnya, sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekitar. Perwujudan sebagai manusia berbudaya terletak pada perilaku, bahasa, dan materi.
Salah satu contoh tingkah laku sebagai manusia yang berbudaya adalah kejujuran, dimana kejujuran itu sendiri merupakan bagian dari sifat positif manusia. Kejujuran adalah bagian dari harga diri yang harus dijaga. Biasakanlah bersikap dan berkata jujur dalam segala hal dan tanamkanlah nilai nilai kejujuran dalam kehidupan kita. Berbahasa sebagai manusia berbudaya adalah berkata jujur di setiap ucapannya, berbicara sesuai kenyataan tanpa menambah ataupun mengurangi.
Pentingnya menyadari bahwa betapa pentingnya mengetahui kejujuran bagi genersi muda dan bangsa serta bagaimana cara meningkatkan sikap jujur dalam kehidupan. Karena dengan menjunjung tinggi kejujuran, maka kehidupan kita akan berjalan dengan baik dengan sendirinya.

III.   KEGUNAAN KEJUJURAN
Kejujuran berguna atau bermanfaat untuk semua aspek kehidupan baik aspek sosial, ekonomi,budaya, politik.
a.       Berperilaku jujur menjadikan individu untuk berlaku disiplin terhadap peraturan.
b.      Bersikap jujur meningkatkan harga diri seseorang dihadapan Tuhan dan masyarakat
c.       Bersikap jujur memperbaik nama seseorang di hadapan masyarakat.
d.      Sebagai siswa berperilaku jujur mampu meningkatkan kepercayaan diri di hadapan teman dan guru.

IV.   IMPLEMENTASI KEJUJURAN DALAM PELAKSANAAN KONSELING
Sebagai sosok konselor yang profesional tentunya tidak lepas dari berbagai hal yang mendukung keprofesionalan seorang konselor, salah satunya yaitu karakteristik seorang konselor. Karakteristik konselor yang baik sangat penting dalam pemberian layanan kepada konseli, karena dengan karakteristik yang baik, konselor akan mampu menumbuh kembangkan potensi diri konseli berdasarkan kemampuannya. Kegiatan konseling yang dilakukan oleh setiap konselor tentunya tidak akan terlepas dari berbagai aspek penting mengenai komunikasi. Suatu komunikasi yang baik tidak akan tercapai bila tidak adanya rasa saling percaya antara kedua belah pihak. Ketercapaian rasa saling percaya ini dapat tercapai dengan pengetahuan/ keterampilan, dan kepribadian yang dimiliki oleh konselor.
Dalam rangka mempersiapkan para calon konselor, pihak lembaga yang bertanggung jawab dalam pendidikan para calon konselor tersebut dituntut untuk memfasilitasi perkembangan pribadi mereka yang berkualitas, yang dapat dipertanggung jawabkan secara profesional . Kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik Cavanagh (1982) salah satunya : Kejujuran (Honest). Kejujuran dalam pelaksanaan konseling sangat berpengaruh terhadap kondisi konseli. Berkaitan dengan komunikasi bahwa, komunikasi antara konselor dan konseli harus ada keterbukaan, baik dari pihak konseli terhadap konselor maupun sebaliknya. Keterbukaan mengenai permasalahan, waktu atau durasi konseling. Missal : konselor berkata jujur saja apabila saat ada siswa yang ingin melakukan konseling, tiba – tiba ada meeting mendadak dari kepala sekolah. Karena kegiatan konseling juga merupakan salah satu bagian dari sekolah, sudah tentu kepala sekolah memaklumi hal tersebut jadi apabila tidak mengikuti meeting tidak apa – apa. Dan sebaiknya bicara dengan konseli bahwa kegiatan konseling hari ini tidak begitu lama, agar tidak merasa terbebani dari pihak konselor sendiri.
Kejujuran berkaitan dengan konseli, misalkan konselor pernah bilang kepada konseli bahwa permasalahannya tidak ada guru atau teman konseli yang akan mengetahui, maka sudah sepantasnya tidak ada yang tahu satu orangpun, berarti ada kaitannya dengan asas kerahasiaan, jadi apabila permasalahan konseli tersebar ke berbagai pihak maka konseli tersebut tidak akan lagi percaya dengan konselor itu. Sehingga citra dia sebagai seorang konselor tercoreng akibat dari terbongkarnya permasalahan konseli ke berbagai pihak. Padahal itu semua terjadi tanpa sepengetahuan konselor, oleh karena itu berhati – hati dalam berucap kepada konseli, karena konseli mudah sekali menerima masukan tanpa penyaringan terlebih dahulu. Hanya karena sikap jujur atau kejujuran imbasnya kuat sekali.




Sumber :

Tidak ada komentar: