Sabtu, 05 Januari 2013

KONSEP DASAR KONSELING



Teori adalah untuk menggambarkan & menjelaskan fenomena. Sebagai kegiatan profesional, pelaksanaan konseling selalu bertitik tolak pada suatu teori. (Menurut Shertzer & Stone) teori yang baik adalah jelas yaitu dapat dipahami & tidak mengandung pertentangan, komprehensif artinya dapat menjelaskan fenomena secara menyeluruh, eksplisit artinya setiap penjelasan di dukung oleh bukti-bukti yg dapat diuji, parsimonius artinya menjelaskan data secara sederhana dan jelas, dan dapat menurunkan penelitian yg bermanfaat. Fungsi teori ialah meringkas & menjeneralisasikan suatu kesatuan informasi, membantu dlm pemahaman & penjelasan suatu fenomena, sebagai prediktor bagi sesuatu yang mungkin terjadi pada suatu kondisi tertentu, merangsang penelitian dan pengumpulan data lebih lanjut.
Kalau kita ingin menjadi seorang konselor, mulai di sini dan sekarang mari mulai berpikir, berdiskusi, dan bertindak sebagai seorang konselor.
Sebuah bantuan diberikan kepada konseli guna memecahkan masalah dalam upaya tumbuh-kembang yang optimal ke arah yang dipilihnya
  1. Konseling :Didasari dan dikembangkan atas pandangan potensi positif manusia, konseli adalah individu yang memiliki kemampuan untuk memilih  tujuan, membuat keputusan, dan mampu bertanggung jawab.
  2. Konseling :Berangkat dari kondisi “pesimis” berakhir dalam kondisi “optimis”.
  3. Konseling :Proses Pencerahan.
  4. Konseling :Proses Pembelajaran yang terjadi pada diri konseli yaitu proses sadar, terencana, sistematis, dan akuntabel.
  5. Konseling :Proses “bantuan”, “fasilitasi” : untuk konseli, bukan untuk konselor atau untuk yang lain karena keberadaan konselor adalah untuk konseli.
  6. Konseling :Berfokus pada saat ini dan masa depan dan berfokus pada perubahan tingkah laku, bukan hanya membantu  konseli menyadari masalahnya.
Konseling layaknya seorang wanita . Maksudnya Kalau kau benar-benar sayang padaku, kalau kau benar-benar cinta, tak perlu kau katakan semua it cukup tingkah laku.
Konseling memiliki tujuan dalam memfasilitasi konseli agar terbantu untuk menyesuaikan diri secara efektif terhadap diri sendiri dan lingkungannya, mengarahkan dirinya sesuai dengan potensinya yang dimilikinya ke arah perkembangan yang optimal, meningkatkan pengetahuan dan  pemahaman diri, memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar, mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan untuk mengekspresikan perasaannnya, meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan yang efektif, dan meningkatkan hubungan antar pribadi. Kondisi – kondisi yang mendukung kegiatan konseling yaitu adanya penerimaan yang tulus terhadap konseli, menghargai konseli, bersikap empati, sehingga konseli dapat mengekspresikan hal yang tersembunyi, adanya kesungguhan, sehingga ada suasana pertolongan, dan adanya kejujuran, sehingga menumbuhkan saling pengertian dan penghargaan.
Konseling akan berjalan sesuai tujuan dengan adanya Konselor, Konseli, dan Konteks hubungan antara konselor dan konseli . Konselor adalah orang yang karena kewenangan dan keahliannya memberi bantuan kepada konseli, konselor merupakan aktor yang secara aktif mengembangkan proses konseling untuk mencapai tujuan konseling sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konseling, dan memiliki seperangkat kompetensi. Konseli adalah Individu yang sedang mengalami masalah, atau setidak-tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain. Melalui konseling konseli mendapatkan suasana fikiran yang jernih, perasaan yang lebih nyaman, nilai tambah, hidup yang lebih berarti, dan hal-hal positif lainnya yang bermakna dalam menjalani hidup sehari-hari.
Konteks Hubungan antara Konselor-Konseli yaitu hubungan membantu (helping relationship) yaitu meningkatkan pertumbuhan, kematangan, fungsi, dan cara menghadapi kehidupan dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak konseli.
Karakteristik dinamika dan keunikan hubungan konselor-konseli adalah adanya kasih sayang (afeksi), giat dan semangat (intensitas), pertumbuhan dan perubahan, privasi, dorongan, dan kejujuran.
Kompetensi Personal yang diharapkan seorang konselor adalah memiliki keyakinan yang mantap tentang hidup, tentang manusia, dan tentang masalah-masalahnya, mampu mengurangi kecemasan, tidak tertekan, tidak menunjukan sikap bermusuhan, tidak membiarkan diri dalam penurunan kapasitanya, memiliki kemampuan untuk hadir bagi orang lain, respek dan apresiatif terhadap diri sendiri, berorientasi untuk tumbuh dan berkembang, dan kemampuan lain yang mampu mendukung kegiatan konseling.
Seorang konseli yang datang menemui konselor berbeda – beda caranya yaitu karena kemauan sendiri untuk menemui konselor, sebagai perantara orang lain, datang karena terpaksa (diperintah oleh pihak lain). Apapun latar belakang kedatangan konseli dan bagaimanapun kondisi konseli, harus disikapi, diperhatikan, diterima, dan dilayani sepenuhnya oleh konselor. Dalam peluncuran konseling ada konseling perorangan yaitu kegiatan konseling antara 1 konselor dengan 1 konseli dan kelompok yaitu kegiatan konseling antara 1 konselor dengan lebih dari 1 konseli (klasikal).


KONSELING   TRAIT  AND FACTOR
Konseling TF berkonsepsi bahwa Individu adalah unik dalam berbagai aspek tingkah lakunya, dalam keterbatasan faktor genetik, tingkah laku dapat diubah, dalam batas-batas fungsi organisme dan lingkungan, ciri-ciri tingkah laku individu cukup konsisten sehingga memungkinkan dilakukan generalisasi dalam mendeskripsikan tingkah laku dari waktu ke waktu, tingkah laku individu merupakan hasil dari statusnya sekarang, pengalaman-pengalaman, dan seting sosial dan fisik, tingkah laku individu dapat diatur dan diukur,  (dimensi pengukuran menjadi elemen pokok dalam konseling Trait & Factor, perbedaan individu dapat diidentifikasi secara objektif dan perbedaan-perbedaan saat ini berhubungan dengan perilaku sosial di masyarakat.
Konseling TF berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk, manusia bersifat bergantung dan hanya berkembang secara optimal di tengah-tengah masyarakatnya, manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good life), manusia banyak berhadapan dengan banyak pilihan-pilihan yang diintrodusir oleh berbagai pihak, manusia merupakan individu yang unik, manusia memiliki ciri-ciri yang bersifat umum, dan manusia bukan penerima pasif atas pembawaan dan lingkungannya.
Konseling yang PROFESIONAL adalah yang dapat dipertanggungjawabkan dasar keilmuan dan  teknologinya dan berdasar acuan dari model konseling tertentu.

MODEL KONSELING
Berdasarkan teori-teori dan terapan-terapannya sehingga muwujud-kan suatu struktur performansi konseling dan menggunakan pendekatan konseling yang merupakan pertanggung jawaban ilmiah dan teknologis dalam menyelenggaraan konseling.
Menurut TF Konseling adalah proses yang bersifat pribadi dan individual yang dirancang untuk membantu individu mengembangkan keterampilan, sikap, dan keyakinan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri secara normal, bantuan yang bersifat individual, personal, yang diliputi oleh suasana permisif dalam mengembangkan keterampilan dan mencapai self-understanding dan self-direction yang secara sosial dibenarkan, hubungan kemanusiaan antara konselor dengan konseli dalam usaha mengarahkan dan membina perkembangan diri, dan teknik untuk menfasilitasi individu dalam rangka mendapatkan identitasnya, dan mempermudah mencapai keinginannya untuk memahami diri sendiri, dan dalam mewujudkan aspirasinya. Tujuan konseling menurut TF adalah memfasilitasi konseli untuk berpikir tentang  dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk ke luar dari masalah tersebut.
Konseling TF membantu konseli dalam Self-clarification (penjelasan), Self-understanding (pemahaman), Self-acceptance (penerimaan), Self-direction (pengarahan), Self-actualization (ekspresikan potensi). Selama konseling berlangsung konseli sedapat mungkin datang secara sukarela, walaupun demikian bila ia dikirim berdasarkan pengalaman tidak terlalu berbeda efektifnya, bersedia belajar memahami dirinya sendiri dan mengarahkan diri, menggunakan kemampuan berpikirnya untuk lebih memperbaiki dirinya sehingga dapat mencapai kehidupan yang rasional dan memuaskan, dan bekerjasama dengan konselor dan bersedia mengikuti fasilitasi konselor dalam proses pengubahan.
Dan saat konseling selesai konseli harus melaksanakan keputusan yang telah diambil dalam konseling dan bertanggung jawab atas segala keputusan dan bersedia menerima konsekuensinya. Bagi seorang konselor harus mampu menempatkan diri sebagai guru, menerima sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien, bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik, tidak netral sepenuhnya terhadap nilai-nilai, dan yakin terhadap asumsi konseling yang efektif. Ketrampilan yang dimiliki seorang konselor adalah memiliki pengalaman dan keahlian dalam hal teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah, memanfaatkan teknik pemahaman individu, melaksanakan proses konseling secara fleksibel, menerapkan strategi pengubahan perilaku dan menjalankan perannya dalam mengajar individu belajar, mengajar individu mengenali motivasi – motivasinya, mengajar individu pengubah perilakunya, menjadi perilaku yang memadai untuk mencapai tujuan pribadinya.
Konseling merupakan thinking relationship yang lebih menekankan peranan berpikir rasional walaupun tidak sama sekali meninggalkan aspek emosional.Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat pribadi, akrab, dan empatik. Konseling dapat bersifat remediatif maupun developmental. Konselor dan konseli melakukan peranannya secara proporsional.

PROSES KONSELING
Analisis Langkah awal, mengumpulkan informasi tentang diri konseli dan latar kehidupannya. Yang bertujuan memperoleh pemahaman tentang diri konseli sehubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri, baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu catatan kumulatif, wawancara, format distribusi waktu, otobiografi, catatan anekdot, dan tes psikologis.
Sintesis Langkah untuk merangkum, mengolong-golongkan serta menghubung-hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi konseli. Gambaran kelebihan dan kelemahan konseli akan dilukiskan pada tahap ini.
Diagnosis Langkah menarik simpulan logis mengenai masalah  yang dihadapi konseli atas dasar gambaran pribadi konseli hasil analisis dan sintesis dengan cara mengidentifikasi masalah, merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (etiologi) dan melakukan prognosis (tahap 4 proses konseling). Mengidentifikasikan masalah yaitu merumuskan masalah yang dihadapi konseli saat ini dan menentuan masalah dapat dilakukan atas dasar kategori yang dikemukakan oleh Bordin atau Pepinsky.
Bordin: Ketergantungan, Kekurangan Informasi, konflik diri, kecemasan membuat keputusan/pilihan, tidak mempunyai masalah
Pepinsky: kurangpastian/ ragu-ragu, kurang informasi, kurang ketrampilan, ketergantungan, konflik diri.
Etiologi (merumuskan sumber-sumber penyebab masalah) yaitu bagaimana menentukan sebab-sebab timbulnya masalah, dua sumber : internal dan/atau eksternal. pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang, dan dalam menentukan penyebab menggunakan  data yang terungkap pada tahap analisis.
Prognosis Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada. Misal jika konseli inteligensinya rendah, maka ia akan rendah pula prestasi belajarnya, jika ia tidak berminat pada suatu tugas/pekerjaan, maka ia akan gagal memperoleh kepuasan dalam bidang kerja tersebut, jika konseli rendah bakatnya di bidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada program studi teknik mesin.
Konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan proses pemberian bantuan, tetapi juga dapat dipandang sebagai salah satu tahap proses konseling. Konseling dipandang sebagai salah satu tahap berarti, maknanya bahwa tahap-tahap sebelumnya, seperti-analisis, sintesis, diagnosis, dan prognosis dapat dilakukan konselor sebelum konseling.
Pada tahap konseling dilakukan terdapat pengembangan alternatif pemecahan masalah yang memiliki beberapa strategi yaitu Forcing Conformity yaitu merupakan strategi membantu konseli dalam kondisi, disatu sisi harus melaksanakan tugas-tugas tertentu dan harus dijalani, namun pada sisi lainnya ia tidak senang untuk melaksanakan. Apabila klien ingin mencapai tujuan hidupnya ia harus lakukan juga. Changing Attitude yaitu merupakan strategi mengubah sikap dalam mentelesaikan masalah dalam berbagai kasus, masalah konseli dapat diselesaikan melalui mengubah sikap-sikap yang ditampilkan selama ini yang diduga menjadi penyebab timbulnya masalah yang dialami konseli. Learning The Needed Skills yaitu merupakan strategi keterampilan yang dibutuhkan dalam mengatasi suatu masalah. Banyak konseli yang gagal mencapai tujuan, karena ia tidak memiliki ketarmpilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selecting The Appropriate Environment yaitu merupakan strategi menyeleksi lingkungan yang mendukung pemecahan masalah dalam keadaan tertentu, perubahan sikap dan perilaku konseli sulit dilakukan karena lingkungan yang tidak memungkinkan untuk melakukan perilaku-perilaku yang diinginkan. Changing Environment yaitu merupakan pengembangkan lingkungan yang mendukung pemecahan masalah. Beberapa upaya pemecahan masalah gagal karena  karena lingkungan yang tidak mendukung. Misalnya, seorang hendak melakukan diit, tetapi dalam keluarga selalu tersedia makanan kecil. Keadaan ini memerlukan perubahan, ketika diit dijalankan, mestinya tidak disediakan makanan kecil di sekitar rumah.
Pengujian alternatif adalah di antara sejumlah alternatif yang dikembangkan manakah yang akan di-implementasikan? Untuk menentukan mana alternatif yang akan diimplementasikan perlu diuji kelebihan  dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat,  apabila alternatif tersebut dilaksanakan. Pengambilan keputusan adalah alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang telah diuji ditentukan manakah yang akan dilaksanakan. Syarat yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif yaitu hal ketepatan dengan masalah konseli, kegunaan alternatif bagi konseli, dan feasibilitas alternatif yang dipilih.
Follow Up adalah sebagai hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif yang dipilih untuk dikembangkan dan/atau tindak lanjut dari alternatif yang telah dilaksanakan di lapangan.
Pada teknik Konseling TF model TF mengakui  individual differences, sehingga tidak ada teknik-teknik tertentu yang cocok untuk semua orang, dalam konseling dituntut fleksibilitas teknik, dan beberapa teknik-teknik dasar konseling yang dikembangkan Williamson yang dapat dimodifikasi oleh konselor di lapangan.
Establishing Rapport (Peneguhan hubungan baik) yaitu cara menciptakan hubungan baik. Konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersikap ramah dan akrab, dan menghilangkan kemungkinan situasi yang  mengancam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan reputasi konselor, khususnya dalam kompetensi, penghargaan dan perhatian konselor dan kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia.
Cultivating self-understanding (Memperbaiki pemahaman diri) yaitu membantu konseli lebih mampu memahami diri sendiri yang mencakup segala kelebihan dan kelemahannya, klien dibantu mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan kelebihannya, untuk itulah maka dapat dimengerti bahwa konselor harus menginterpretasikan data, termasuk data testing, dan teknik ini harus menjadi perhatian utama konselor pada tahap analisis, sintesis dan diagnosis.
Advising or Planning a Program of Action(Pemberian nasehat atau perencanaan program kegiatan) merupakan tugas konselor setelah membantu konseli mengenali dirinya adalah membantu konseli merencanakan program tindakan, oleh karena pemahaman yang relatif terbatas pada konselor, maka dalam mengembangkan alternatif penyelesaian masalah, hendaknya konselor tidak selalu menggunakan saran langsung, dan saran dapat diberikan, namun hendaknya dipilih saran persuasif atau saran eksplanatori.
Carrying-out The Plan (Melaksanakan rencana) merupakan rencana program tindakan yang telah dibuat dan disertai dengan pengujian kelebihan dan kekurangannya, diikuti dengan pengambilan keputusan oleh konseli dan rencana yang diputuskan untuk dipilih dapat diikuti dengan saran langsung terhadap hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan rencana yang telah dipilih tersebut.
(Referral) Alih tangan kepada pihak lain yang lebih kompeten digunakan karena kemampuan konselor terbatas, sehingga tidak semua masalah konseli dapat dibantu oleh konselor. Dalam hal konselor tidak mampu membantu konseli, maka hendaknya ia kirimkan kepada pihak lain (orang/lembaga) yang lebih berwewenang.

PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALIS
Psikoanalisis melihat perilaku orang itu diakibatkan adanya semacam dorongan yang terpendam dalam diri seseorang karena suatu pengalaman yang dialaminya. Psikoanalitik lahir dari praktek-praktek penyembuhan pasien hysteria. Psikoanalitisis mempunyai 3 arti yaitu sebagai metode penelitian proses – proses psikis, suatu teknik untuk mengobati gangguan psikis, dan sebagai teori kepribadian.
Pendekatan konseling psikoanalisis juga berperan dalam konseling terapi karena pentingnya faktor ketidaksadaran dalam diri inidividu, masa anak-anak menjadi penentu perkembangan di masa depan, menjelaskan masalah, patologis lebih komprehensif, dan ampu menjelaskan fenomena ketidaksadaran dengan teknik analisis  tertentu.
Pendekatan konseling psikoanalisis berkonsepsi bahwa manusia pada dasarnya merupakan deterministic (manusia yang ditentukan oleh kekuatan2 dan dorongan2 yang dibawa sejak lahir dan berkembang pada 5 tahun pertama dalam kehidupannya) dan tingkah laku manusia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis & insting2nya, dikendalikan oleh pengalaman2 masa lampau dan ditentutkan oleh faktor2 interpersonal dan intrapsikis.  
Pendekatan konseling psikoanalisis berkonsepsi tentang Kepribadian yaitu dari Tingkatan Kesadaran
1.  Kesadaran  : tingkatan kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari, dan merasakan sesuatu secara sadar .Kesadaran ini memiliki ruang yang terbatas             dan tampak pada saat individu menyadari berbagai stumulus yang ada disekitarnya.    
2.  Ambang sadar : tingkatan kesadaran yang menyimpan ide, ingatan, dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ke tingkat kesadaran, bukan merupakan bagian dari tingkat kesadaran, tetapi merupakan tingkatan lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyedari sesuatu.
3.  Ketidaksadaran : merupakan tingkatan dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalam ketidaksadaran.
Tingkah laku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di tingkat ketidaksadaran ini.
Alam Tak Sadar merasuki kita saat kita mimpi, salah ucap, sugesti Posthypnotic, memperoleh materi dari asosiasi bebas, memperoleh materi dari teknik proyeksi, dan isi yang bersifat simbolis dari gejala psikotik.
Struktur kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id, ego dan super ego. Id adalah sistem dasar kepribadian yang merupakan sumber dari dari pada segala dorongan instinktif, khususnya seks dan agresi, Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan dengan dunia realita, sedangkan Super Ego merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai kontrol internal, yang terdiri dari kata hati (apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan) dan Ego-ideal (apa yang seharusnya saya menjadi). 
Dalam dinamika kepribadian psikoanalisis memandang bahwa organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Energi berasal dari makanan (energi fisik) yang dapat berubah menjadi energi psikis. Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan dan digunaka oleh id, ego, dan super ego.
Kepribadian individu mulai terbentuk pada tahuan-tahun pertama di masa kanak-kanak yaitu pada umur 5 tahun struktur dasar kepribadian individu telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya menghaluskan struktur dasar tersebut. Perkembangan kepribadian berkenaan dengan bagaimana individu belajar dengan cara-cara baru dalam mereduksi ketegangan atau kecemasan dialami dalam kehidupannya. Ketegangan atau kecemasan tersebut bersumber pada  empat unsur, yaitu proses pertumbuhan fisiologis, frustasi, konflik, dan ancaman.

Seseorang yang memiliki PRIBADI yang SEHAT adalah mereka yang memiliki ego yang berfungsi secara realistis, dapat menggunakan struktur kepribadiannya secara efektif, mekanisme pertahanan dirinya dapat  digunakan berfungsi secara efektif.
Sedangkan PRIBADI MALASUAI, cenderung terjadi  kecemasan pada dirinya dan mekanisme pertahanan dirinya tidak berfungsi secara efektif dan efisien.
ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH
Tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu yang bersumber pada dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan super ego, proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.
HAKEKAT KONSELING
Konseling sebagai proses mengasumsikan dapat dikatakan berfungsi secara sehat dan realistis. Konseling pada prosesnya untuk membantu individu menyadari ketidaksadaran. Proses konseling berarti perubahan dari ketidak sadaran menuju kesadaran.
TUJUAN dari KONSELING adalah membantu konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh konseli.
Tujuan spesifiknya membawa konseli dari dorongan-          dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan            kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual, menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres, memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
DESKRIPSI PROSES KONSELING
Proses konseling difokuskan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampai ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstriksi kepribadian. Menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidakdasaran. Pemahaman intelektual penting, tetapi yang lebih penting mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan konselor dengan konseli, yaitu aliansi dan transferensi.
Aliansi adalah sikap konseli kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).
Tranferensi adalah pengalihan segenap pengalaman konseli di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya yang ditujukan kpd konselor & merupakan bagian dari hubungan yg sangat penting untuk dianalisis dan membantu konseli untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,  menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
KARAKTERISTIK KONSELOR adalah bersikap anonim / “blank screen” mengambil peran dan berusaha netral, membina hubungan kerja, mendengarkan dan memperhatikan, menginterprestasikan dan mengajarkan.
KARAKTERISTIK KONSELI adalah kepekatan (baik bagi kondisi diri sendiri/terhadap kondisi yang dilaksanakan konselor), kegiatan asosiasi bebas (konseli mengatakan apa saja yang muncul / terkemuka dalam pikiran dan perasaannya, konseli mengalami kemajuan bertahap selama terapi.
Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis. Konselor  membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi konseli. Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
FUNGSI KONSELOR :
Berusaha membantu klien dalam encapaikesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal. Menangani kecemasan secara realistis. Memperoleh kendali atas tingkah laku yang implisit dan irasional. Mendorong pemindahan perasaan.
TEKNIK KONSELING
Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk mengembangkan suasana bebas tekanan. Dalam suasana bebas itu klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.

PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORISTIK
Pendekatan behavioristik ini memiliki tujuan agar suatu perubahan tingkah laku (action) seseorang tercapai dengan menekankan proses kognitif.
Pendekatan behavioristik berkonsepsi bahwa manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Manusia cenderung akan mengambil stimulus yang menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak menyenangkan.
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya
Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan dan peniruan.
KEPRIBADIAN
Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Memahami kepribadian manusia merupakan kegiatan dalam mempelajari dan memahami bagaimana terbentuknya suatu tingkah laku.
KARAKTEISTIK KONSELING BEHAVIORAL
Berfokus pada tingkah laku yang tampak, cermat dan operasional dalam merumuskan tujuan konseling, mengembangkan prosedur perlakuan spesifik, dan penilaian obyektif terhadap tujuan konseling.
Menurut pendekatan behavioristik yang dikatakan PRIBADI SEHAT adalah dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat, tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku memenuhi kebutuhan, mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan, Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi, mempunyai atau dapat mengembangkan reinforce internal disamping eksternal, dan mempunyai self kontrol yang memadai.
Pendekatan behavioristik berasumsi bahwa TINGKAH LAKU BERMASALAH / PRIBADI MALASUAI adalah  tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah, manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya, tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat, dan seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
Menurut pendekatan behavioristik yang dikatakan  PRIBADI MALASUAI adalah tingkah lakunya yang tidak memuaskan individu, tingkah lakunya akan membawa individu mengalami konflik dengan lingkungan, tingkah lakunya berlebihan, tingkah lakunya yang kurang, dan tingkah lakunya / respon yang tidak tepat.
KARAKTERISTIK KONSELOR adalah konselor harus aktif dan direktif, menerima dan memahami konseli tanpa mengadili / mengkritik, hangat, empirik dan penghargaan kepada konseli, memberikan kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri, tanggap cepat dalam memberikan reinforcement, terbuka mengenai proses terapi, dan keinginan atau kesediaan untuk membantu  konseli.
Sedangkan KARAKTERISTIK KONSELI adalah konseli harus aktif dalam mencoba tingkah laku yang baru, kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses terapeutik, kesediaan bekerjasama dengan konselor selama proses terapi, dan berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin dicapai.
HUBUNGAN antara KONSELOR DAN KONSELI
 
 TUJUAN KONSELING menurut pendekatan behavioristik adalah mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan konseli.
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik yang diinginkan oleh konseli, Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut, konseli dapat mencapai tujuan tersebut, da dirumuskan secara spesifik. Konselor dan konseli bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

HAKEKAT KONSELING
Proses konseling merupakan suatu penataan proses pengalaman  belajar untuk membantu individu mengubah prilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.
PERAN KONSELOR adalah mengkomunikasikan pemahamannya pada konseli, menyiapkan / membina hubungan dengan konseli, bekerjasama mengatasi problem yang sesolik, memberi kuliah, informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan  anggota untuk melakukan perubahan, memberikan reinforcement, da mendorong konseli mentransfer tingkah laku dalam kehidupan sehari  - hari.
FUNGSI KONSELOR adalah sebagai guru / pelatih  (dalam mempelajari tingkah laku yang efektif), sebagai pemimpin kelompok, sebagai guru, sebagai pengarah, sebagai ahli dalam mendiagnosis, dan sebagai model.
TAHAP-TAHAP KONSELING

*Assesment. Konselor mendorong  klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
*Goal setting. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan konseli menyusun dan  merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.

Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut  :
a.    Konselor dan konseli mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
b.   Konseli mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sbg hasil konseling.
c.    Konselor dan konseli mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan konseli :
a.   Apakah merupakan tujuan yang benar-benar diinginkan konseli
b.   Apakah tujuan itu realistik
c.    Kemungkinan manfaatnya
d.   Kemungkinan kerugiannya.
d.   Konselor dan konseli membuat keputusan  apakah melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, dan melakukan referal.
   *Technique implementation menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling
 *Evaluation termination melakukan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling
  *Feedback memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
Teknik konseling behavioral diarahkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan agar konseli terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku konseli, mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan, memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung), merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak.

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
Latihan Asertif
Digunakan untuk melatih konseli yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Terutama untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara : permainan peran dengan bimbingan konselor, diskusi kelompok.
Desensitisasi Sistematis
Memfokuskan bantuan untuk menenangkan konseli dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian Aversi
Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk dengan meningkatkan kepekaan konseli agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya.
Pembentukan Tingkah laku Model
Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Konselor menunjukkan kepada konseli tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor dapat  berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

Tidak ada komentar: