Teori adalah untuk menggambarkan & menjelaskan fenomena. Sebagai kegiatan profesional, pelaksanaan konseling selalu bertitik tolak pada suatu teori. (Menurut Shertzer & Stone) teori yang baik adalah jelas yaitu dapat dipahami & tidak mengandung pertentangan, komprehensif artinya dapat menjelaskan fenomena secara menyeluruh, eksplisit artinya setiap penjelasan di dukung oleh bukti-bukti yg dapat diuji, parsimonius artinya menjelaskan data secara sederhana dan jelas, dan dapat menurunkan penelitian yg bermanfaat. Fungsi teori ialah meringkas & menjeneralisasikan suatu kesatuan informasi, membantu dlm pemahaman & penjelasan suatu fenomena, sebagai prediktor bagi sesuatu yang mungkin terjadi pada suatu kondisi tertentu, merangsang penelitian dan pengumpulan data lebih lanjut.
Kalau kita ingin menjadi seorang konselor, mulai di sini dan
sekarang mari mulai berpikir, berdiskusi, dan bertindak sebagai seorang
konselor.
Sebuah bantuan diberikan kepada konseli guna memecahkan masalah dalam
upaya tumbuh-kembang yang optimal ke arah yang dipilihnya
- Konseling :Didasari dan dikembangkan atas pandangan potensi positif manusia, konseli adalah individu yang memiliki kemampuan untuk memilih tujuan, membuat keputusan, dan mampu bertanggung jawab.
- Konseling :Berangkat dari kondisi “pesimis” berakhir dalam kondisi “optimis”.
- Konseling :Proses Pencerahan.
- Konseling :Proses Pembelajaran yang terjadi pada diri konseli yaitu proses sadar, terencana, sistematis, dan akuntabel.
- Konseling :Proses “bantuan”, “fasilitasi” : untuk konseli, bukan untuk konselor atau untuk yang lain karena keberadaan konselor adalah untuk konseli.
- Konseling :Berfokus pada saat ini dan masa depan dan berfokus pada perubahan tingkah laku, bukan hanya membantu konseli menyadari masalahnya.
Konseling layaknya seorang wanita . Maksudnya Kalau kau benar-benar sayang padaku, kalau kau benar-benar cinta, tak perlu kau katakan semua it cukup
tingkah laku.
Konseling memiliki tujuan dalam memfasilitasi konseli agar terbantu untuk menyesuaikan diri secara
efektif terhadap diri sendiri dan lingkungannya, mengarahkan dirinya sesuai dengan potensinya yang
dimilikinya ke arah perkembangan yang optimal, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri, memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang
benar, mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan untuk mengekspresikan
perasaannnya, meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan yang
efektif, dan meningkatkan hubungan antar pribadi. Kondisi – kondisi
yang mendukung kegiatan konseling yaitu adanya penerimaan
yang tulus terhadap konseli, menghargai konseli, bersikap empati, sehingga konseli dapat
mengekspresikan hal yang tersembunyi, adanya kesungguhan, sehingga ada suasana pertolongan, dan adanya kejujuran, sehingga
menumbuhkan saling pengertian dan penghargaan.
Konseling akan berjalan sesuai tujuan dengan adanya Konselor, Konseli,
dan Konteks hubungan antara konselor dan konseli . Konselor adalah orang yang karena kewenangan dan keahliannya
memberi bantuan kepada konseli, konselor merupakan
aktor yang secara aktif
mengembangkan proses konseling untuk mencapai tujuan konseling sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar konseling, dan memiliki seperangkat kompetensi. Konseli adalah Individu
yang sedang mengalami masalah, atau setidak-tidaknya sedang mengalami sesuatu
yang ingin disampaikan kepada orang lain. Melalui konseling konseli mendapatkan suasana fikiran yang jernih, perasaan yang lebih
nyaman, nilai tambah, hidup yang lebih berarti, dan hal-hal positif lainnya yang bermakna dalam
menjalani hidup sehari-hari.
Konteks Hubungan antara Konselor-Konseli yaitu hubungan membantu (helping relationship) yaitu meningkatkan
pertumbuhan, kematangan, fungsi, dan cara menghadapi kehidupan dengan
memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak konseli.
Karakteristik dinamika dan keunikan hubungan
konselor-konseli adalah adanya kasih sayang (afeksi), giat dan semangat (intensitas), pertumbuhan dan perubahan, privasi, dorongan, dan kejujuran.
Kompetensi Personal yang diharapkan seorang konselor adalah memiliki keyakinan yang
mantap tentang hidup, tentang manusia, dan tentang masalah-masalahnya, mampu mengurangi kecemasan, tidak tertekan, tidak menunjukan
sikap bermusuhan, tidak membiarkan diri dalam penurunan kapasitanya, memiliki kemampuan untuk hadir bagi orang lain, respek dan apresiatif
terhadap diri sendiri, berorientasi untuk tumbuh dan berkembang, dan kemampuan lain yang mampu mendukung kegiatan konseling.
Seorang konseli yang datang menemui konselor berbeda – beda caranya yaitu
karena kemauan sendiri untuk
menemui konselor, sebagai perantara orang lain, datang karena terpaksa
(diperintah oleh pihak lain). Apapun latar belakang kedatangan konseli dan
bagaimanapun kondisi konseli, harus disikapi, diperhatikan, diterima, dan
dilayani sepenuhnya oleh konselor. Dalam peluncuran
konseling ada konseling perorangan yaitu kegiatan konseling antara 1 konselor
dengan 1 konseli dan kelompok yaitu kegiatan konseling antara 1 konselor dengan
lebih dari 1 konseli (klasikal).
KONSELING TRAIT AND FACTOR
Konseling TF berkonsepsi bahwa Individu
adalah unik dalam berbagai aspek tingkah lakunya, dalam keterbatasan faktor genetik, tingkah laku
dapat diubah, dalam batas-batas fungsi organisme dan lingkungan, ciri-ciri tingkah laku
individu cukup konsisten sehingga memungkinkan dilakukan generalisasi dalam
mendeskripsikan tingkah laku dari waktu ke waktu, tingkah laku individu merupakan hasil dari
statusnya sekarang, pengalaman-pengalaman, dan seting sosial dan fisik, tingkah laku individu dapat diatur dan
diukur, (dimensi pengukuran menjadi
elemen pokok dalam konseling Trait & Factor, perbedaan individu dapat
diidentifikasi secara objektif dan perbedaan-perbedaan saat ini berhubungan dengan
perilaku sosial di masyarakat.
Konseling TF berpendapat bahwa manusia dilahirkan
dengan membawa potensi baik dan buruk, manusia
bersifat bergantung dan hanya berkembang secara optimal di tengah-tengah
masyarakatnya, manusia selalu ingin
mencapai hidup yang baik (good life), manusia
banyak berhadapan dengan banyak pilihan-pilihan yang diintrodusir oleh berbagai
pihak, manusia merupakan
individu yang unik, manusia memiliki
ciri-ciri yang bersifat umum,
dan manusia
bukan penerima pasif atas pembawaan dan lingkungannya.
Konseling yang
PROFESIONAL adalah yang dapat
dipertanggungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya
dan berdasar acuan dari model konseling tertentu.
MODEL KONSELING
Berdasarkan teori-teori
dan terapan-terapannya sehingga muwujud-kan suatu struktur performansi konseling dan menggunakan pendekatan konseling yang merupakan pertanggung
jawaban ilmiah dan teknologis dalam menyelenggaraan konseling.
Menurut TF Konseling adalah proses yang
bersifat pribadi dan individual yang dirancang untuk membantu individu mengembangkan
keterampilan, sikap, dan keyakinan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri
secara normal, bantuan yang bersifat individual, personal, yang diliputi oleh suasana
permisif dalam mengembangkan keterampilan dan mencapai self-understanding
dan self-direction yang secara sosial dibenarkan, hubungan kemanusiaan
antara konselor dengan konseli dalam usaha mengarahkan dan membina perkembangan
diri, dan teknik untuk menfasilitasi individu dalam rangka mendapatkan identitasnya, dan mempermudah
mencapai keinginannya untuk memahami diri sendiri, dan dalam mewujudkan
aspirasinya. Tujuan konseling menurut TF adalah memfasilitasi konseli untuk berpikir tentang dirinya dan menemukan masalah dirinya serta
mengembangkan cara-cara untuk ke luar dari masalah tersebut.
Konseling TF membantu konseli
dalam Self-clarification (penjelasan), Self-understanding (pemahaman), Self-acceptance (penerimaan), Self-direction (pengarahan), Self-actualization (ekspresikan potensi). Selama konseling berlangsung konseli sedapat mungkin datang secara sukarela, walaupun
demikian bila ia dikirim berdasarkan pengalaman tidak terlalu berbeda
efektifnya,
bersedia belajar memahami
dirinya sendiri dan mengarahkan diri, menggunakan kemampuan berpikirnya untuk lebih
memperbaiki dirinya sehingga dapat mencapai kehidupan yang rasional dan
memuaskan,
dan bekerjasama dengan
konselor dan bersedia mengikuti fasilitasi konselor dalam proses pengubahan.
Dan saat konseling selesai konseli harus melaksanakan keputusan yang telah diambil dalam
konseling dan bertanggung jawab atas segala keputusan dan
bersedia menerima konsekuensinya. Bagi seorang konselor harus mampu menempatkan diri sebagai guru, menerima sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien, bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik, tidak netral sepenuhnya terhadap nilai-nilai, dan yakin terhadap asumsi konseling yang efektif. Ketrampilan yang dimiliki seorang konselor
adalah memiliki pengalaman dan keahlian dalam hal
teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah, memanfaatkan teknik pemahaman
individu, melaksanakan proses konseling secara fleksibel, menerapkan strategi pengubahan perilaku dan menjalankan perannya dalam mengajar individu belajar, mengajar individu mengenali motivasi – motivasinya, mengajar individu pengubah perilakunya, menjadi perilaku yang memadai untuk mencapai
tujuan pribadinya.
Konseling merupakan thinking relationship
yang lebih menekankan peranan berpikir rasional walaupun tidak sama sekali
meninggalkan aspek emosional.Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang
bersifat pribadi, akrab, dan empatik. Konseling dapat bersifat remediatif
maupun developmental. Konselor dan konseli melakukan peranannya secara proporsional.
PROSES KONSELING
Analisis Langkah awal, mengumpulkan informasi tentang diri konseli dan latar
kehidupannya. Yang bertujuan memperoleh pemahaman tentang diri konseli
sehubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian
diri, baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu catatan kumulatif, wawancara, format distribusi
waktu, otobiografi, catatan anekdot, dan tes psikologis.
Sintesis Langkah untuk merangkum, mengolong-golongkan serta menghubung-hubungkan
data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi konseli. Gambaran kelebihan dan kelemahan konseli akan
dilukiskan pada tahap ini.
Diagnosis Langkah menarik simpulan logis mengenai masalah yang dihadapi konseli atas dasar gambaran pribadi konseli hasil
analisis dan sintesis dengan cara mengidentifikasi masalah, merumuskan sumber-sumber penyebab masalah
(etiologi)
dan melakukan prognosis
(tahap 4 proses konseling). Mengidentifikasikan masalah yaitu merumuskan masalah yang dihadapi konseli saat ini dan menentuan masalah dapat dilakukan atas dasar kategori yang dikemukakan
oleh Bordin atau Pepinsky.
Bordin: Ketergantungan, Kekurangan Informasi, konflik diri, kecemasan membuat keputusan/pilihan, tidak mempunyai masalah
Pepinsky: kurangpastian/ ragu-ragu, kurang informasi, kurang ketrampilan, ketergantungan, konflik diri.
Etiologi (merumuskan sumber-sumber penyebab masalah) yaitu bagaimana menentukan sebab-sebab timbulnya masalah, dua sumber : internal dan/atau
eksternal. pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang, dan dalam
menentukan penyebab menggunakan data
yang terungkap pada tahap analisis.
Prognosis Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data
yang ada.
Misal jika konseli inteligensinya rendah, maka ia akan rendah pula
prestasi belajarnya, jika ia tidak berminat
pada suatu tugas/pekerjaan, maka ia akan gagal memperoleh kepuasan dalam bidang
kerja tersebut, jika konseli rendah
bakatnya di bidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada
program studi teknik mesin.
Konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan
proses pemberian bantuan, tetapi juga dapat dipandang sebagai salah satu tahap
proses konseling. Konseling
dipandang sebagai salah satu tahap berarti, maknanya bahwa tahap-tahap
sebelumnya, seperti-analisis, sintesis, diagnosis, dan prognosis dapat dilakukan konselor
sebelum konseling.
Pada tahap konseling dilakukan terdapat pengembangan alternatif
pemecahan masalah yang memiliki beberapa
strategi yaitu Forcing Conformity yaitu merupakan strategi membantu konseli dalam kondisi, disatu sisi harus melaksanakan
tugas-tugas tertentu dan harus dijalani, namun pada sisi lainnya ia tidak
senang untuk melaksanakan. Apabila klien ingin mencapai tujuan hidupnya ia
harus lakukan juga. Changing Attitude yaitu merupakan strategi mengubah sikap dalam mentelesaikan masalah dalam berbagai kasus,
masalah konseli dapat diselesaikan melalui mengubah sikap-sikap yang ditampilkan selama
ini yang diduga menjadi penyebab timbulnya masalah yang dialami konseli. Learning The Needed
Skills yaitu merupakan strategi keterampilan yang dibutuhkan dalam
mengatasi suatu masalah. Banyak konseli yang gagal mencapai tujuan, karena ia tidak
memiliki ketarmpilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selecting The
Appropriate Environment yaitu merupakan strategi menyeleksi lingkungan yang mendukung
pemecahan masalah dalam keadaan tertentu, perubahan sikap dan
perilaku konseli sulit dilakukan karena lingkungan yang tidak memungkinkan untuk
melakukan perilaku-perilaku yang diinginkan. Changing Environment yaitu merupakan pengembangkan lingkungan yang mendukung pemecahan
masalah. Beberapa upaya pemecahan masalah gagal karena karena lingkungan yang tidak mendukung. Misalnya, seorang hendak
melakukan diit, tetapi dalam keluarga selalu tersedia makanan kecil. Keadaan
ini memerlukan perubahan, ketika diit dijalankan, mestinya tidak disediakan
makanan kecil di sekitar rumah.
Pengujian alternatif adalah di antara sejumlah alternatif yang dikembangkan
manakah yang akan di-implementasikan? Untuk menentukan mana alternatif yang
akan diimplementasikan perlu diuji kelebihan
dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, faktor-faktor pendukung dan
faktor-faktor penghambat, apabila
alternatif tersebut dilaksanakan. Pengambilan
keputusan adalah alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang
telah diuji ditentukan manakah yang akan dilaksanakan. Syarat yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif yaitu hal ketepatan dengan masalah konseli, kegunaan
alternatif bagi konseli, dan feasibilitas alternatif yang dipilih.
Follow Up adalah sebagai hal-hal yang perlu direncanakan dari
alternatif yang dipilih untuk dikembangkan dan/atau tindak lanjut dari
alternatif yang telah dilaksanakan di lapangan.
Pada teknik Konseling TF model TF mengakui individual differences,
sehingga tidak ada teknik-teknik tertentu yang cocok untuk semua orang, dalam konseling dituntut
fleksibilitas teknik, dan beberapa teknik-teknik dasar konseling yang
dikembangkan Williamson yang dapat dimodifikasi oleh konselor di lapangan.
Establishing Rapport (Peneguhan hubungan baik) yaitu cara menciptakan hubungan baik. Konselor perlu menciptakan
suasana hangat, bersikap ramah dan akrab, dan menghilangkan kemungkinan situasi
yang mengancam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan reputasi
konselor, khususnya dalam kompetensi, penghargaan dan perhatian konselor dan kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia.
Cultivating self-understanding (Memperbaiki pemahaman diri) yaitu membantu konseli lebih mampu memahami diri sendiri yang mencakup
segala kelebihan dan kelemahannya, klien dibantu mengatasi kelemahan dengan
memanfaatkan kelebihannya, untuk itulah maka dapat dimengerti bahwa konselor
harus menginterpretasikan data, termasuk data testing, dan teknik ini
harus menjadi perhatian utama konselor pada tahap analisis, sintesis dan
diagnosis.
Advising or Planning a Program of Action(Pemberian nasehat atau perencanaan
program kegiatan) merupakan tugas konselor setelah membantu konseli mengenali
dirinya adalah membantu konseli merencanakan program tindakan, oleh karena pemahaman yang
relatif terbatas pada konselor, maka dalam mengembangkan alternatif
penyelesaian masalah, hendaknya konselor tidak selalu menggunakan saran
langsung, dan saran dapat diberikan, namun hendaknya dipilih saran persuasif atau saran
eksplanatori.
Carrying-out The Plan (Melaksanakan rencana) merupakan rencana program tindakan yang telah dibuat dan
disertai dengan pengujian kelebihan dan kekurangannya, diikuti dengan
pengambilan keputusan oleh konseli dan rencana yang diputuskan untuk dipilih dapat
diikuti dengan saran langsung terhadap hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan rencana yang telah dipilih tersebut.
(Referral) Alih tangan kepada pihak lain yang lebih kompeten digunakan karena kemampuan konselor terbatas, sehingga tidak semua masalah konseli dapat
dibantu oleh konselor. Dalam hal konselor tidak mampu membantu konseli, maka
hendaknya ia kirimkan kepada pihak lain (orang/lembaga) yang lebih berwewenang.
PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALIS
Psikoanalisis melihat perilaku orang itu diakibatkan adanya semacam
dorongan yang terpendam dalam diri seseorang karena suatu pengalaman yang
dialaminya. Psikoanalitik lahir dari praktek-praktek penyembuhan pasien hysteria. Psikoanalitisis mempunyai 3 arti yaitu
sebagai metode penelitian proses – proses psikis, suatu teknik untuk mengobati gangguan psikis, dan sebagai teori kepribadian.
Pendekatan konseling psikoanalisis juga
berperan dalam konseling terapi karena pentingnya faktor
ketidaksadaran dalam diri inidividu, masa anak-anak menjadi penentu perkembangan di
masa depan, menjelaskan masalah, patologis lebih komprehensif, dan ampu
menjelaskan fenomena ketidaksadaran dengan teknik analisis tertentu.
Pendekatan konseling psikoanalisis berkonsepsi bahwa manusia pada dasarnya merupakan deterministic (manusia yang ditentukan oleh
kekuatan2 dan dorongan2 yang dibawa sejak lahir dan berkembang pada 5 tahun
pertama dalam kehidupannya) dan tingkah laku manusia ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan biologis & insting2nya, dikendalikan oleh pengalaman2 masa lampau dan
ditentutkan oleh faktor2 interpersonal dan intrapsikis.
Pendekatan konseling psikoanalisis berkonsepsi tentang Kepribadian yaitu
dari Tingkatan Kesadaran
1. Kesadaran : tingkatan kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari, dan merasakan
sesuatu secara sadar .Kesadaran ini memiliki ruang yang terbatas dan tampak pada saat individu menyadari berbagai stumulus yang ada
disekitarnya.
2. Ambang sadar : tingkatan kesadaran yang menyimpan ide, ingatan, dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ke tingkat kesadaran, bukan merupakan bagian
dari tingkat kesadaran, tetapi merupakan tingkatan lain yang biasanya
membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyedari sesuatu.
3. Ketidaksadaran : merupakan tingkatan dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur
psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang
hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalam ketidaksadaran.
Tingkah laku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang
tersimpan di tingkat ketidaksadaran ini.
Alam Tak Sadar merasuki kita saat
kita mimpi, salah ucap, sugesti Posthypnotic, memperoleh materi dari
asosiasi bebas, memperoleh materi dari teknik proyeksi, dan isi yang bersifat simbolis dari gejala psikotik.
Struktur kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id, ego dan super
ego. Id adalah sistem dasar kepribadian yang merupakan sumber dari dari pada
segala dorongan instinktif, khususnya seks dan agresi, Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan individu untuk
berhubungan dengan dunia realita, sedangkan Super Ego merupakan sub sistem
yang berfungsi sebagai kontrol internal, yang terdiri dari kata hati (apa yang
seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan) dan Ego-ideal (apa yang seharusnya saya menjadi).
Dalam dinamika kepribadian
psikoanalisis memandang bahwa
organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Energi berasal dari makanan (energi
fisik) yang dapat berubah menjadi energi psikis. Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu
didistribusikan dan digunaka oleh id, ego, dan super ego.
Kepribadian individu mulai terbentuk pada tahuan-tahun pertama di masa
kanak-kanak yaitu pada umur 5 tahun struktur dasar kepribadian individu telah terbentuk, pada
tahun-tahun berikutnya hanya menghaluskan struktur dasar tersebut. Perkembangan kepribadian
berkenaan dengan bagaimana individu belajar dengan cara-cara baru dalam
mereduksi ketegangan atau kecemasan dialami dalam kehidupannya.
Ketegangan atau kecemasan
tersebut bersumber pada empat unsur, yaitu proses pertumbuhan fisiologis, frustasi,
konflik, dan ancaman.
Seseorang yang memiliki PRIBADI yang SEHAT adalah mereka
yang memiliki ego yang berfungsi secara realistis, dapat menggunakan struktur kepribadiannya secara
efektif, mekanisme pertahanan dirinya dapat
digunakan berfungsi secara efektif.
Sedangkan PRIBADI MALASUAI, cenderung terjadi kecemasan pada dirinya dan mekanisme
pertahanan dirinya tidak berfungsi secara efektif dan efisien.
ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH
Tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu yang
bersumber pada dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan super ego, proses belajar yang tidak
benar pada masa kanak-kanak.
HAKEKAT KONSELING
Konseling sebagai proses mengasumsikan dapat dikatakan berfungsi secara
sehat dan realistis. Konseling pada prosesnya untuk membantu individu menyadari ketidaksadaran. Proses konseling berarti
perubahan dari ketidak sadaran menuju kesadaran.
TUJUAN dari KONSELING adalah membantu konseli untuk
membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi
disadari oleh konseli.
Tujuan spesifiknya membawa konseli dari dorongan- dorongan
yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran
intelektual, menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres, memberikan kesempatan
kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
DESKRIPSI PROSES KONSELING
Proses konseling difokuskan pada usaha menghayati
kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampai
ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstriksi
kepribadian. Menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidakdasaran. Pemahaman intelektual
penting, tetapi yang lebih penting mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan
dengan pemahaman diri.
Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian
hubungan konselor dengan konseli, yaitu aliansi dan transferensi.
Aliansi adalah sikap konseli kepada konselor yang relatif rasional,
realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya
keberhasilan konseling).
Tranferensi adalah pengalihan segenap pengalaman konseli di masa lalunya terhadap orang-orang yang
menguasainya yang ditujukan kpd konselor & merupakan bagian dari hubungan yg sangat penting untuk
dianalisis dan membantu konseli untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam
menerima, menginterpretasikan, dan
merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
KARAKTERISTIK
KONSELOR adalah bersikap anonim / “blank screen” mengambil peran
dan berusaha netral, membina hubungan kerja, mendengarkan
dan memperhatikan, menginterprestasikan dan mengajarkan.
KARAKTERISTIK
KONSELI adalah kepekatan (baik bagi kondisi diri sendiri/terhadap
kondisi yang dilaksanakan konselor), kegiatan asosiasi bebas (konseli
mengatakan apa saja yang muncul / terkemuka dalam pikiran dan perasaannya, konseli mengalami
kemajuan bertahap selama terapi.
Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran
diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi
kecemasan melalui cara-cara yang realistis. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan
serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan
perhatian kepada resistensi konseli. Fungsinya adalah mempercepat proses
penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
FUNGSI
KONSELOR :
Berusaha membantu klien dalam encapaikesadaran
diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal. Menangani kecemasan
secara realistis. Memperoleh kendali atas tingkah laku yang implisit dan irasional. Mendorong pemindahan
perasaan.
TEKNIK KONSELING
Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan
untuk mengembangkan suasana bebas tekanan. Dalam suasana bebas itu
klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan
mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.
PENDEKATAN
KONSELING BEHAVIORISTIK
Pendekatan behavioristik ini memiliki tujuan agar suatu perubahan tingkah laku (action) seseorang
tercapai dengan
menekankan proses kognitif.
Pendekatan behavioristik
berkonsepsi bahwa manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya
dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang
kemudian membentuk kepribadian. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan
hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Manusia cenderung akan mengambil stimulus yang
menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak menyenangkan.
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan
macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya
Tingkah laku dipelajari
ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan dan
peniruan.
KEPRIBADIAN
Kepribadian seseorang
merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang
diterimanya. Memahami
kepribadian manusia merupakan kegiatan dalam mempelajari dan memahami
bagaimana terbentuknya suatu tingkah laku.
KARAKTEISTIK
KONSELING BEHAVIORAL
Berfokus pada tingkah laku yang
tampak, cermat dan operasional dalam merumuskan tujuan konseling, mengembangkan
prosedur perlakuan spesifik, dan penilaian obyektif terhadap tujuan konseling.
Menurut pendekatan
behavioristik yang dikatakan PRIBADI SEHAT adalah dapat merespon stimulus yang ada
di lingkungan secara cepat, tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku
memenuhi kebutuhan, mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah
laku bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan, Dapat
mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi, mempunyai
atau dapat mengembangkan reinforce internal disamping eksternal, dan mempunyai
self kontrol yang memadai.
Pendekatan behavioristik berasumsi bahwa TINGKAH LAKU
BERMASALAH / PRIBADI MALASUAI adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif
atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan
tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara
belajar atau lingkungan yang salah, manusia bermasalah mempunyai
kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya, tingkah
laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan
tepat, dan seluruh
tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan
menggunakan prinsip-prinsip belajar.
Menurut pendekatan
behavioristik yang dikatakan PRIBADI
MALASUAI adalah tingkah lakunya yang tidak memuaskan individu, tingkah
lakunya akan membawa individu mengalami konflik dengan lingkungan, tingkah lakunya berlebihan, tingkah
lakunya yang kurang, dan tingkah lakunya / respon yang tidak tepat.
KARAKTERISTIK KONSELOR adalah konselor harus aktif dan direktif, menerima dan memahami konseli tanpa mengadili /
mengkritik, hangat, empirik dan penghargaan kepada konseli,
memberikan kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri, tanggap cepat dalam memberikan reinforcement, terbuka mengenai proses terapi, dan keinginan atau kesediaan untuk membantu
konseli.
Sedangkan KARAKTERISTIK KONSELI adalah
konseli harus aktif dalam mencoba tingkah laku yang baru, kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses
terapeutik, kesediaan bekerjasama dengan konselor selama
proses terapi, dan berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin
dicapai.
HUBUNGAN antara KONSELOR DAN KONSELI
TUJUAN KONSELING menurut pendekatan behavioristik adalah mengahapus/menghilangkan
tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku
baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan konseli.
Tujuan yang sifatnya umum
harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik yang diinginkan oleh konseli, Konselor
mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut, konseli
dapat mencapai tujuan tersebut, da dirumuskan secara spesifik. Konselor
dan konseli bersama-sama (bekerja sama)
menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
HAKEKAT
KONSELING
Proses konseling
merupakan suatu penataan proses pengalaman
belajar untuk membantu individu mengubah prilakunya agar dapat
memecahkan masalahnya. Proses konseling adalah proses belajar, konselor
membantu terjadinya proses belajar tersebut.
PERAN KONSELOR adalah mengkomunikasikan pemahamannya
pada konseli, menyiapkan / membina hubungan dengan konseli,
bekerjasama mengatasi problem yang sesolik, memberi kuliah, informasi
dan menjelaskan proses yang dibutuhkan
anggota untuk melakukan perubahan, memberikan reinforcement, da mendorong
konseli
mentransfer tingkah laku dalam kehidupan sehari
- hari.
FUNGSI KONSELOR adalah sebagai
guru / pelatih (dalam mempelajari
tingkah laku yang efektif), sebagai
pemimpin kelompok, sebagai guru, sebagai pengarah, sebagai ahli dalam mendiagnosis, dan sebagai
model.
TAHAP-TAHAP KONSELING
*Assesment. Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang
benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk
mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan
tingkah laku yang ingin diubah.
*Goal setting. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah
assessment konselor dan konseli menyusun dan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.
Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a.
Konselor dan konseli
mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
b. Konseli
mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sbg hasil konseling.
c.
Konselor dan konseli
mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan konseli :
a.
Apakah merupakan tujuan yang
benar-benar diinginkan konseli
b.
Apakah tujuan itu realistik
c.
Kemungkinan manfaatnya
d.
Kemungkinan kerugiannya.
d.
Konselor dan konseli membuat
keputusan apakah melanjutkan konseling
dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali
tujuan yang akan dicapai, dan melakukan referal.
*Technique implementation menentukan dan
melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang
diinginkan yang menjadi tujuan konseling
*Evaluation termination melakukan penilaian apakah
kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai
dengan tujuan konseling
*Feedback memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
Teknik
konseling behavioral diarahkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari
(yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian
respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
Memodifikasi tingkah
laku melalui pemberian penguatan agar konseli terdorong untuk merubah
tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan
dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku
konseli,
mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan, memberikan
penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan
tingkah laku yang tidak diinginkan, mengkondisikan pengubahan
tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh
nyata langsung),
merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang
diinginkan dengan sistem kontrak.
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
Latihan Asertif
Digunakan untuk melatih konseli yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau
benar. Terutama
untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan, kesulitan
menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara :
permainan peran dengan bimbingan konselor, diskusi kelompok.
Desensitisasi Sistematis
Memfokuskan bantuan untuk menenangkan konseli dari
ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi
teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Tingkah
laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian Aversi
Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk
dengan meningkatkan kepekaan konseli agar mengamati respon pada stimulus yang
disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya.
Pembentukan Tingkah laku Model
Digunakan
untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan memperkuat tingkah laku
yang sudah terbentuk. Konselor menunjukkan kepada konseli
tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model
hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak
dicontoh. Tingkah
laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar